Hello
again, Folks.
So, what’s up, Yo?
Gaul
banget gak sih gue. Haha asekk.
Setelah
beberapa minggu ini blog belum gue update, gue datang dengan tulisan seperti
biasanya. Gak jelas gimana gitu. Ya tapi gapapa, ini adalah cara yang gue
lakukan biar gue lebih tenang dikit dari sebelumnya.
Masalah
yang gue hadapi sekarang ini, secara pribadi, bener bener bikin gue kesiksa.
Susah tidur dan kalo udah tidur, jadi susah bangun. Bener bener masalah yang
menyiksa. Dan gak jauh jauh tentang cinta. So bagi kalian yang bosan dengan
tulisan gue yang bahas soal cinta, dipersilakan untuk menutup jendela browsing
anda ini.
Apa masalahnya?
Gue
suka sama seseorang, perempuan pastinya, yangmana perempuan ini sedikitpun gak
kenal gue. Bagi gue yang kutu buku, hal ini adalah pertama kalinya dan bener
bener bikin gue capek. Capek ‘kepikiran’ bro.
Karena emang sesuai sama lirik yang ditulis Netral Band, “ cinta memang gila, tak pernah permisi, bila disengatnya, say no to
kompromi ..”.
Hellah.
Perkenalan,
eh bukan perkenalan ya tepatnya. Tapi gue “dikenalkan” kepada perempuan manis
ini hanya melalui cerita temen gue doang. Dan foto dia, tentunya. And she is so much beautiful, indeed.
Gue gak kenal gimana sifat dia, gak tau rumahnya dimana, suaranya kayak gimana,
mantannya ada berapa. Eh ralat, yang paling akhir itu, gue pun bahkan gak mau
tau.
Iya,
secara kondisi, gue tu jatuh cinta dengan sosok dia yang diceritakan ke gue.
Katanya, dia tuh lembut, manja, penyayang, sedikit freak, tapi setianya minta ampun. Secara karakter yang diceritakan,
gue suka banget. Secara physically, Uwhh…
She’s HOT yo. Tapi bukan dari situ yang bikin gue ‘jatuh’ dalam magnetnya.
Gue ‘jatuh’
pada cara dia mencintai seseorang yang dia suka/ dia cintai.
Dia
bener bener tipikal perempuan yang kalo udah sayang ama elo, akan sayang
seutuhnya. Sekali lagi, seutuhnya dan setulus tulusnya.
Dan
ini perempuan yang coba gue cari, ingin gue temui, dan bersedia gue hidupi.
Sebelum
kita membahas lebih lanjut kesana, gue mau tanya dulu.
Ada
yang udah punya pacar belom? Ato ada yang lagi ‘ditaksir’ ama orang lain? Ada?
OK. Sekarang,
apa sih yang biasa elo lakuin sama pasangan lo ketika lagi quality time gitu? Berusaha sayang membuatnya nyaman kan? Berusaha saling
memberikan kasih sayang kan? Berusaha untuk bikin dia seneng dan disaat yang
sama kalian merasakan senang yang sama ketika dia bahagia dan ketawa kan?
Nah
bagi kalian yang lagi ‘ditaksir’, ngerasa ada yang lebih perhatian ke kalian
nggak? Ngerasa ada yang mencoba curi curi pandang gitu gak? Ngerasa selalu
dibesarkan perasaannya oleh seseorang itu nggak?
Jika
kalian merasakan hal itu, syukurilah.
Gue
sering iri ketika melihat orang yang sudah menemukan seseorang yang dengan
dialah mereka merasa nyaman. To the point-nya,
gue sering iri ngeliat orang yang udah punya pacar dan saling care satu sama lain.
Gue
juga sering iri, kalo ada orang yang ditaksir ama seseorang dan dia merasa
diperlakukan spesial dari biasanya. Ada perhatian yang tidak muncul dalam
kehidupan sebelum fase ‘ditaksir’.
Gue iri
karena gue gak pernah dapetin itu semua. Oh bukan. Gue iri karena sekarang gue
udah lupa gimana rasanya perasaan itu dan sekarang gue gak pernah dapet
perasaan itu.
Perasaan
untuk dicintai.
Gue
punya banyak sahabat yang deket ama gue di Ponorogo ama di Jogja, laki laki
maupun perempuan. Dan gue bersyukur akan adanya kehadiran mereka dalam hidup
gue, tapi… Jujur aja, tetep beda rasanya. Dicintai pacar, disukai seseorang,
rasanya tetep beda dibandingkan disayangi oleh sahabat.
Buat
gue, beda.
Kalo
diitung itung, gue udah me-lajang mungkin udah selama 1 tahunan setelah gue
putus ama mantan pacar gue, tapi kita masih temenan.
Proses
move on diawal awal sering tersendat
dan gue akui susah banget. Hingga akhirnya, sekarang, gue bisa suka lagi, bisa
jatuh cinta lagi ama seorang perempuan.
Gue
kangen banget rasanya dicintai sebagai pacar, jujur.
Dulu,
memang gue pacaran, tapi esensi bertukar kasih sayang sewaktu itu, nggak ada.
Kering bro. Seperti, gue sendiri yang berusaha menyelamatkan hubungan ini. Tidak
ada “barter” disana. Yang ada, gue “menghibahkan” disana. Gue gak dapet rasanya
dicintai.
Dan karena
hal inilah gue bener bener gak ngerti dan gak pernah ngerasain rasanya yang
bener bener dicintai. Dicintai secara literally.
Dicintai seperti kalian menyayangi kekasih kalian. Dan kalian yang mendapatkan
perilaku istimewa dari seseorang yang sayang sama kalian.
Bagi
gue, SMS sekadar menyapa “ Apa kabar? Lagi dimana nih? Lagi sibuk apa?” dari
seseorang yang gue suka, itu gue udah seneng banget ampek jingkrak jingkrak.
Ketika di Instagram, dia LIKE foto yang gue post, gue gugup setengah mati. Gue
sampek harus tanya ke temen gue, “INI GUE HARUS GIMANA?”. Dan suara diujung
sana bilang, “udah, biasa aja. Santai aja”. Tapi tetep, gue gak bisa santai.
Mahal sekali nilai “perhatian” dimata gue, mahal. Mahal sekali nilai “kehadiran”
sosok yang gue suka dalam kehidupan gue. Karena apa? Karena gue emang gak
pernah ngerasain hal itu.
Gue
tu orangnya parnoan banget. Gue ngerasa hal hal kayak gitu adalah sesuatu yang “WAH”.
Tapi
diluar sana, gue melihat, ternyata banyak yang “mengkufuri” nikmat itu.
Padahal
bener lho.. “ Kalian tidak akan pernah mengetahui betapa berharganya sesuatu
itu, hingga sesuatu itu hilang “. “ Kalian tidak akan pernah mengetahui betapa
berharganya kasih sayang, hingga kasih sayang itu benar benar lenyap. Hilang. “
Herannya,
gue tu udah tau itu berharga dan selalu gue syukuri, berusaha gue jaga, tapi
kok tetep hilang juga.
Maka
dari itu, ketika dikatakan dihadapan gue bahwa perempuan itu butuh perhatian,
kasih sayang, dan yang disebutkan itu semua, gue bilang “GUE GAK PERCAYA”.
Pengalaman hidup gue bilang, perempuan itu nggak suka diperhatiin, mereka lebih
suka “dibebaskan”.
Dan
sempat gue terjebak dalam pemahaman gue ini hingga akhirnya gue merasa jauh
dari perempuan. Semua perempuan. Tapi syukurnya, gue punya sahabat yang mau
susah susah perhatian dan kasih semangat untuk bangun serta kasih saran untuk ‘membuka
diri dan hati’. And, here I am.
Tapi,
keluar dari mulut buaya, masuk kekandang singa.
Sekarang
gue malah jatuh cinta ama orang yang nggak bisa gue ‘jamah’. Dan gak ada suatu urgensi
penting yang menjembatani gue untuk kenal dengan dia.
Adalah
hal yang aneh dan belum bisa gue terima, ketika disuruh kenalan secara online
secara ujug ujug (tiba tiba tanpa
sebab).
Gue
tersiksa sendiri karena gue gak bisa memperjuangkan cinta gue.
Yap.
Gue itu tersiksa BUKAN karena takut nanti rasa ini diterima atau ditolak,
melainkan gue tersiksa karena gak bisa memperjuangkannya. And I know how important that is.
Kembali
ke perempuan istimewa ini.
Seperti
yang udah gue bilang juga, gue jatuh cinta secara langsung dari omongan temen
gue yang belum bisa gue buktikan secara pribadi, secara langsung.
Gue
jatuh cinta kepada konsep gue tentang dia, perempuan yang gue suka.
Gue
percaya bahwa dia perhatian, pengertian, manja, bla bla bla, namun yangmana itu
semua terkonsep dan terharapkan dalam pikiran gue, belum gue pastikan secara
langsung dengan realita , siapa dan
bagaimana sih sifat perempuan ini.
I am falling in love to my concept
about her.
Menyiksa
memang, tapi yaa mau gimana.
Sekarang,
gue berusaha berdoa agar Tuhan mendekatkan dia ke gue atau gue ke dia. Gue menuliskan
harapan itu pada twit gue, kek gini :
“Ya Tuhan, pertemukan kami dalam sebuah keperluan ygmana nanti
aku berperan utk membantunya. Dekatkan aku dengannya. Amin”
Untuk
sementara ini, yang bisa gue lakukan adalah berdoa, dan kalo ada kesempatan
akan gue coba.
Jodoh
itu memang ditangan Tuhan, tinggal mau kamu ambil, atau biarkan dia diberikan
kepada orang lain ?
You choose.
