Friday, April 11

Wanita Makhluk Perasaan

0 comments
Didunia ini Tuhan menciptakan 2 gender. Laki laki dan Perempuan.

“  … Perempuan adalah makhluk perasaan …”

Pernah denger ungkapan itu nggak? Pastinya pernah ya.. Apalagi golongan kaum yang doyan galau. Huehuehue

Pada tulisan sebelumnya, saya menggunakan kata ganti ”gue” dan setelah saya posting pada malam harinya, pagi harinya saya bertemu dengan kawan perempuan saya dikampus dan bilang “ Ihh dimas tulisan kamu bagus ya.. (makasih) tapi kok sombong sih pakek kata gue. emang di Ponorogo biasa pakek kata gue gitu ya? (hellah) “

Pertama, saya mengucapkan terima kasih pada sahabat saya ini, Rifa Aghniya namanya, asal Purworejo, zodiak: Aquarius (asal nebak aja). Terima kasih karena bersedia membaca tulisan saya yang saya pikir akan dicap kuno, jelek, dan kurang kerjaan. Tapi, seperti yang sudah saya tulis dalam blog ini, bahwa bagi saya, menulis adalah salah satu bentuk terapi dan penyaluran hasrat sendiri yang sering bikin saya susah tidur.

Kedua, untuk masalah kata ganti “gue”, di Ponorogo gak ada yang ngomong pakek “gue gue” gitu kok. Tapi maksudnya, ketika saya menulis dengan kata ganti “gue” ini berarti saya bener bener pengen curhat dan menjadikan apa yang saya tulis ini adalah sebuah cerita. Dan saya menganggap kalian yang mau membaca ini adalah kawan yang bersedia mendengar tanpa ng-judge saya. Dan itu berharga bagi saya. Sedangkan ketika saya menulis dengan kata ganti “saya”, saya memposisikan diri sebagai orang yang lebih sopan, berusaha lebih terhormat alias jaim (jaga image). Intinya, tulisan yang saya tulis, niatannya bernadakan sedikit formal. Kalo “gue” bernadakan jauh lebih akrab seperti kawan lama.

Dan setelah saya pikir pikir, lihat lihat dan analisa. Saya bingung sendiri lho, manaa bagian yang sombong, manaa bagian yang tulisan saya ini terkesan sombong. Karena menurut saya yaa tidak ada yang salah. Tidak ada kesan sombong dalam kata “gue”, karena bagi saya kata itu adalah sekedar kata ganti saja.

Sudah menangkap hal menarik yang ingin saya utarakan belum?

Yang ingin saya coba utarakan adalah…

Begitulah wanita dengan “perasaannya”.

Karena jujur saja, temen laki laki saya nggak ada yang protes dengan kata ganti itu. Baru kali ini juga saya mendapat pertanyaan seperti itu.

Bagi orang lain, itu hal yang sangat sepele. Bagi saya, itu menjadi bahan tulisan yang sangat senang dan sukarela saya menulisnya.

Yuk kita masuki alam pikiran saya.

Ketika kita mencoba memahami perasaan dengan logika atau bahkan sebaliknya. Mencoba memahami logika dengan perasaan, akan sangat sulit sekali untuk bertemu.

Bukan berarti TIDAK AKAN bertemu, saya masih membuka ruang bahwa pasti ada beberapa aspek dimana mereka akan ketemu point idenya.

Namun, jika saya boleh menggunakan bahasa ekstrem, logika dengan perasaan itu bagaikan air dengan minyak. Tidak akan pernah bercampur hingga kapanpun, namun ada sekat yang membentuk garis bertemunya antara air dan minyak itu.

Dalam perspektif satu, akan menganggap bahwa sekat itu adalah BATASAN yang menjadikan mereka tidak akan pernah bertemu satu dengan yang lain.

Tapi, dalam perspektif saya dan ilmu filsafat ala saya (Madsisme) justru itu adalah bagian/ tempat dimana mereka “bertemu”. Mereka tidak terpisahkan dengan suatu ruang yang kosong. Mereka benar terlihat terpisah secara jelas, namun pada “BATAS” itu sesungguhnya mereka saling menyentuh. Hingga mencapai suatu kesimpulan :

Logika dan Perasaan itu saling menyentuh satu sama lain walaupun mereka tidak akan pernah bisa bercampur.

Saya yakin, ada logika yang dijiwai dengan perasaan. Dan juga ada perasaan yang menguat karena adanya dasar logika.

Saya yakin benar akan hal ini. Dan ini pendapat saya. Madsisme. So, saya serahkan kembali pada anda mengenai setuju ataupun tidaknya.

Setelah point diatas saya pegang, saya berangkat pada Perempuan sebagai makhluk perasaan.

Pengalaman pribadi saya bersama seorang perempuan dalam tulisan saya sebelum ini membuat saya berkesimpulan bahwa perempuan itu makhluk yang sangat logic sekali. Namun setelah saya menjumpai perempuan perempuan lain, lebih banyak dari mereka yang dominan pada perasaannya. Mayoritas.

*****

Tuhan itu Maha Penyayang kan ya? Dan sifat penyayang-Nya yang luar biasa itu diwariskan pada perempuan, Ibu.

Tuhan itu Maha Sabar kan ya? Dan sifat penyabar-Nya itu diwariskan juga pada perempuan, Ibu.

Tuhan itu Maha Pemaaf kan ya? Dan apakah ada yang lebih mampu memaafkan sebaik perempuan, Ibu.

Bagaimana mungkin kalian mampu melogikakan, bagaimana bisa Tuhan itu bisa menyayangi semua orang, walaupun mereka pasti melakukan kesalahan yang selalu sering diulangi terus menerus.

Bagaimana mungkin kalian mampu melogikakan, bagaimana bisa Tuhan masih sabar melihat ada makhluk-Nya yang ingkar pada-Nya.

Bagaimana mungkin kalian mampu melogikakan, bagaimana Tuhan ini sungguh masih bersedia memaafkan kesalahan dan dosa yang besar bagi kita, namun Tuhan masih saja, Tuhan mau memberikan maaf.

Sekarang lihat Ibu.

Betapa ia menyayangi, mendidik dan merawat dengan sabar, serta masih bersedia memaafkan segala kesalahan sang anak lakukan?

Kalau bukan perasaan, apalagi.

Namun, perasaan sering menjadikan perempuan itu masuk dan terjebak dalam “live trap”.

Mario Teguh pernah mengungkapkan bahwa, “ Masalah terbesar dari seorang wanita baik adalah mencintai laki laki tidak baik”.

Kalian punya temen perempuan yang sebegitu cintanya dengan laki lakinya yang bahkan tidak menghormati kasih sayang yang diberikan perempuan itu nggak?

Atau bahkan kalian sendiri yang mengalami hal itu?

Tapi, karena “cinta” inilah, seburuk apapun laki laki itu, perempuan itu masih sayang sama dia, masih peduli sama dia, bahkan masih cinta sama dia. Dan karena itu, perempuan ini menolak semua laki laki, yang memiliki niat lebih tulus untuk mencintainya. Membiarkan dirinya dalam keadaan tersiksa, merelakan dirinya menjadi “tawanan” akan perasaannya sendiri. Menolak untuk move on, move away, lalu move up ….

HANYA UNTUK SEORANG LAKI LAKI TIDAK BAIK YANG BAHKAN TIDAK PEDULI JIKA KALIAN MEMBENCINYA.

Kalau bukan perasaan, apalagi.

Disinilah yang berbahaya bagi perempuan. Dan laki laki yang baik seharusnya mengerti akan hal ini dan bersikap lebih menjaga. Laki laki itu lebih besar, lebih dewasa, lebih gagah dari perempuan, apakah hal yang patut kalau kita malah menyianyiakan perempuan.

Laki laki yang disakiti perempuan adalah hal biasa, namun laki laki yang menyakiti perempuan, seharusnya malu jadi laki laki. Karena hakikatnya laki laki ini melindungi dan memuliakan perempuannya.

Sekarang saya pengen ngomong sama perempuan. Yap, kalian.

Sungguh, tidak ada perhiasaan yang lebih cantik bagi laki laki kecuali perempuan yang baik. Kalian adalah seindah indahnya ciptaan Tuhan yang tidak akan pernah habis untuk kami, laki laki, elu elukan keindahannya.

Kalian memiliki perasaan terindah yang kami, laki laki, bahkan tak mampu mengerti untuk melogikakannya. Kami tidak punya hati setulus dan seindah kalian tapi dengarlah ...

Kami, laki laki, ketika mencintai kalian akan berusaha semampu kami dan sekuat kami walaupun kami tahu, kami tidak akan pernah mampu menyaingi kalian dalam mengasihi.

Jadi, kalau kami “nakal”, lupa, dan kelepasan untuk marah, maafkan kami ya…

Terkadang, kami ini bingung harus meng-apa-kan hal kalian.

Bukan karena kalian ini sulit untuk dimengerti ….

Melainkan, kalian itu terlalu berharga dan terlalu indah untuk kami miliki.

Dimas Mahardika

Leave a Reply