Saturday, May 19

TANGAN PENGGANTI (19 Mei 2012 part 2)

3 comments

Malam pun tiba. Setelah mandi dan berdandan rapi, gue siap nungguin Manggala yang mau jemput gue untuk datang ke acara Student Festival itu. Beberapa menit menunggu, akhirnya pun beliau datang juga dan sesegera mungkin kami berangkat menuju Universitas itu, waktu itu jam menunjukkan jam 18.50 dan di undangan ditulis bahwa acara akan dimulai pukul 19.00 tepat padahal perjalanan ke Universitas itu dari rumah gue sekitar 10 menit. Belum lagi nyari tempat parkir, adrenalin gue terpacu, takut kalo telat. Dan ternyata saat tiba disana pukul 19.06, belum ada tanda tanda MC memasuki panggung yang artinya jamnya molor lagi. Aduh ampuunn, nunggu lagi dah ni. Akhirnya karena adzan Isya berkumandang, kami berdua pun Shalat Isya’ dulu disamping Universitas itu.

Habis Shalat, gue melihat didalam kampus ada bazaar buku. Dan gue paling doyan kalo yang namanya berburu buku dari pada berburu ubur ubur (korban karton). Langsung aja gue ajakin Manggala buat leat leat disekitar bazaar serta sekalian masuk untuk mulai berburu. Mulanya, gue galau karna cuman bawa uang 30.000 rupiah. Dan gue baru sadar waktu gue udah nemuin 2 buku yang cocok dengan gue. Dan dibuku itu tertulis harga 20.000 dan 35.000. Mateeehhhh!!! Mahal banget gan.. sedangkan Manggala udah dapet 2 buku dengan total harga 30.000 rupiah. Gue iri.

Akhirnya pun karena udah cukup rame dibangku undangan due mutusin untuk segera ketempat para tamu undangan aja. Kami disambut dengan ramah dan dipersilakan duduk. Dan tidak lupa dikasih snack berupa kardus kecil seperti yang ada di Pernikahan pada umumnya, ini nih enaknya jadi undangan, tempat duduk strategis, nyaman, gratis, dapat makan pula, ajiibbhh!

Lalu ada kakak kakak kembar yang duduk disamping gue. Beliau dari Universitas yang mengadakan event itu sendiri. Beliau bernama Qona dan Qoni. Kami pun bercengkrama dan gue ambil kesempatan buat tanya tanya soal universitas serta jurusan jurusannya. Sekalian nambah referensi informasi juga. Manggala pun makan snack yang diberikan tadi dengan tenangnya. Kagak ngajakin pula, mungkin udah diajak tapi kagak kedengaran karna gue lagi ngobrol serius ama kakaknya untuk nyari info Univ sih. Waulahu’alam.

Dan 30 menit acara formal berlangsung, sesuatu yang sangat kagak pernah terbayang difikiran gue dan firasat gue, akhirnya terjadi! Dimana saat itu kan gue hadir sebagai berwakilan dari SMA gue. As OSIS person you know. Lhaaa.. kok ya kebetulan banget Kepala Sekolah gue berhalangan hadir. Padahal ada prosesi penyerahan Piala Juara 1 Student Festival atas sekolah gue. Dan karena beliaunya tidak bisa hadir, gue as Perwakilan dari OSIS terpaksa ditunjuk untuk maju sebagai pengganti bapak Kepala Sekolah gue. Lemes gue seketika. Langsung saja imajinasi gue melayang dimana gue harus kasih sambutan dihadapan paraRektor dan dosen Universitas yang hadir beserta dihadapan para kaum Mahasiswa yang menonton. Gue bingung setengah hidup! “Ambil gue Tuhaannn..” bisik gue dalam hati. Tetapi bayangan gue yang suram dan menakutkan tadi hilang berkat arahan dari kakak Qona yang duduk disamping gue tadi. Beliau menjelaskan kalo nanti gue cumin “menerima” piala yang akan diberikan nanti. Tidak lebih tidak kurang. So, maju kepanggung, malu dikit, dikasih piala, senyum didepan kamera fotografer, trus turun. Ya ampuunn, syukurlah kalo begitu. Gue emang paranoid klo yang beginian. Maklum, masih kurang experiences.

Pikiran awal gue yang takut banget untuk maju, menerima piala dan harus pidato tadi, berubah menjadi semangat dan rasa bangga. Soalnya, baru kali ini gue bisa jadi manusia yang “diserahi” piala yang dilihat orang banyak dan juaranya pun juara 1 dan diberi tepuk tangan. Dari gue lahir hingga SMA ini, gue emang belum pernah ngasih prestasi untuk almamater gue, apalagi yang dibidang individu. Seperti lomba lomba akademis, pidato, story telling, dan sebagainya yang menjadi mimpi gue dari kecil. Gue cumin pernah ngasih prestasi yang dimana gue menjadi anggota tim saja. Bukanlah pemimpin tim itu, yang perannya pasti lebih besar dari yang lain dan berkesempatan “memberikan piala ke sekolah” saat upacara hari senin.

Dan gue sangat sangat bahagia dimana merasakan sensasi “menerima” piala itu. Sesuatu yang menjadi mimpi gue sejak lama, saat gue cumin bisa bermimpi. Namun, saat itu gue tidak berperan sebagi “pelaku” ato “penyebab” diberikannya gelar kemenangan itu untuk sekolah. Gue hanya sebagai “perwakilan” atau “tangan pengganti” untuk menerima piala tersebut. Yaaa.. setidaknya, gue udah pernah ngrasaan rasanya menerima piala itu. Gue bersyukur.

Dan suatu hari nanti, gue masih dan masih terus berharap bahwa akan ada hari dimana seorang Dimas Mahardika Alamsyah Dien Subagyo, pelajar asal Ponorogo yang belum terlihat kemampuannya yang menonjol dalam suatu bidang ini, akan memberikan prestasi yang bukan lagi hanya sekedar “tangan pengganti” namun juga “penyebab” dari diberikannya gelar Juara itu padaku untuk almamaterku tercinta, SMA Negeri 1 Ponorogo. Tuhan Maha Melihat, Semoga Dzat yang Maha Agung itu melihat tulisan ini. Amiinn.

3 Responses so far

  1. hahaha...
    keren..keren...
    Semoga tangan pengganti kelak menjadi pribadi yang tak tergantikan alias senantiasa dibutuhkan karya-karyanya di masyarakat!
    keep blogging, suka banget tulisan ini.
    :)

  2. hahaha..
    makasih mbak support nya :))

  3. This comment has been removed by the author.

Leave a Reply