Monday, November 17

Jalan yang Mungkin Salah

0 comments
Hari  sudah baru namun pagi masih belum datang. Dini hari ini membawaku pada momen momen yang pernah aku lewati.

Lebih tepatnya, kekhawatiran.

Barusan saja aku melihat lewat media sosial milikku satu persatu temanku yang dekat telah memiliki seseorang yang lebih spesial dari sekedar teman. Mereka adalah orang yang pernah dekat dan hingga sekarang dekat. Mereka adalah orang yang aku anggap sebagai sahabatku. Dulu dan sekarang.

Khawatirku, perlahan semua yang dekat denganku mulai berpisah. Tidak secara jarang, namun secara ikatan. Aku tahu benar bagaimana hidup dalam hubungan komitmen. Syukurnya, aku menghidupi itu tidak sepenuhnya. Karena dalam hubunganku dulu, di “design” agar kami tidak fokus untuk satu dengan yang lain. Aku sebenarnya berusaha serius dan fokus dengannya, tetapi ada hal lain yang menjadi fokusnya. Sehingga, aku pun juga harus berusaha membenahi fokusku. Bukan hanya dengan dirinya, tetapi orang dan lingkungan disekitarku.

Aku tahu, ketika hidup dalam jatuh cinta, dunia serasa dimiliki sendiri. Bahkan, kita tak perlu memerlukan orang lain selain dirinya. Dan ketika aku tahu hal ini akan kemungkinan terjadi,

Ada perasaan untuk takut ditinggalkan.

Entah mengapa, aku merasa selalu hidup dalam fasa “ditinggalkan”. Dinilai tidak lebih tinggi, diabaikan untuk setiap perhatian yang aku beri, ditolak untuk sesuatu yang tidak lebih baik, diabaikan untuk setiap usahaku untuk memperjuangkan, …

Entahlah, rasanya jalan hidupku ini seperti itu itu saja.

Padahal, tidak ada yang lebih aku sayangi dari pada mereka yang bersedia untuk dekat denganku. Mereka, yang memberikan aku ijin untuk menjadi sahabatnya. Mereka, yang mempercayakan cerita masalahnya untuk dibagi bersamaku.

Perasaan itu …

Perasaan untuk diinginkan, dirindu, dicari, dan dihargai.

Apakah pilihanku dalam memilih “jalan” adalah salah?

Aku pergi agar aku tak kemudian diabaikan terus menerus, aku move on mereka salah menolak yang lebih baik, dan aku melupakan agar terhindar dari kecewa akan pengabaian.

Apa jalan ini salah?

Aku hanya berusaha memenuhi nasehat, sungguh. Aku berusaha memenuhi nasehat, agar aku menghormati diriku sendiri dengan cara memilih untuk tidak dalam keadaan ‘sakit’ lebih lama.

Sederhana kan?

Dan dibalik nasehat itu aku menitipkan harapan.

Andaaii saja, aku kemudian menjadi orang yang berada ditempat yang tepat dan seharusnya. Andai, segala perasaan yang begitu membuatku bahagia itu kemudian datang. Seperti dini hari yang selalu lebih awal daripada pagi.

Untuk sekali lagi,

Aku menginginkan perasaan itu.

Aku faham benar bahwa setiap orang akan memasuki keadaan keadaan yang sesuai dengan jalannya sendiri. Aku tidak akan pernah marah terhadap sahabatku yang apabila nanti menjauh karena mereka menemukan yang lebih baik.

Karena aku akan tetap disini. Aku akan berusaha menjadi tempat ‘pulang’mu yang lain. Memang bukan yang pertama dan terbaik, namun …

Aku akan berusaha selalu ada.

Sederhana kan?

Leave a Reply