Hari sudah baru namun pagi masih belum datang.
Dini hari ini membawaku pada momen momen yang pernah aku lewati.
Lebih
tepatnya, kekhawatiran.
Barusan
saja aku melihat lewat media sosial milikku satu persatu temanku yang dekat
telah memiliki seseorang yang lebih spesial dari sekedar teman. Mereka adalah
orang yang pernah dekat dan hingga sekarang dekat. Mereka adalah orang yang aku
anggap sebagai sahabatku. Dulu dan sekarang.
Khawatirku,
perlahan semua yang dekat denganku mulai berpisah. Tidak secara jarang, namun
secara ikatan. Aku tahu benar bagaimana hidup dalam hubungan komitmen.
Syukurnya, aku menghidupi itu tidak sepenuhnya. Karena dalam hubunganku dulu,
di “design” agar kami tidak fokus
untuk satu dengan yang lain. Aku sebenarnya berusaha serius dan fokus
dengannya, tetapi ada hal lain yang menjadi fokusnya. Sehingga, aku pun juga
harus berusaha membenahi fokusku. Bukan hanya dengan dirinya, tetapi orang dan
lingkungan disekitarku.
Aku
tahu, ketika hidup dalam jatuh cinta, dunia serasa dimiliki sendiri. Bahkan,
kita tak perlu memerlukan orang lain selain dirinya. Dan ketika aku tahu hal
ini akan kemungkinan terjadi,
Ada perasaan
untuk takut ditinggalkan.
Entah
mengapa, aku merasa selalu hidup dalam fasa “ditinggalkan”. Dinilai tidak lebih
tinggi, diabaikan untuk setiap perhatian yang aku beri, ditolak untuk sesuatu
yang tidak lebih baik, diabaikan untuk setiap usahaku untuk memperjuangkan, …
Entahlah,
rasanya jalan hidupku ini seperti itu itu saja.
Padahal,
tidak ada yang lebih aku sayangi dari pada mereka yang bersedia untuk dekat
denganku. Mereka, yang memberikan aku ijin untuk menjadi sahabatnya. Mereka,
yang mempercayakan cerita masalahnya untuk dibagi bersamaku.
Perasaan
itu …
Perasaan
untuk diinginkan, dirindu, dicari, dan dihargai.
Apakah pilihanku dalam memilih “jalan”
adalah salah?
Aku
pergi agar aku tak kemudian diabaikan terus menerus, aku move on mereka salah menolak yang lebih baik, dan aku melupakan
agar terhindar dari kecewa akan pengabaian.
Apa jalan ini salah?
Aku
hanya berusaha memenuhi nasehat, sungguh. Aku berusaha memenuhi nasehat, agar
aku menghormati diriku sendiri dengan cara memilih untuk tidak dalam keadaan ‘sakit’
lebih lama.
Sederhana
kan?
Dan
dibalik nasehat itu aku menitipkan harapan.
Andaaii
saja, aku kemudian menjadi orang yang berada ditempat yang tepat dan
seharusnya. Andai, segala perasaan yang begitu membuatku bahagia itu kemudian
datang. Seperti dini hari yang selalu lebih awal daripada pagi.
Untuk
sekali lagi,
Aku menginginkan
perasaan itu.
Aku
faham benar bahwa setiap orang akan memasuki keadaan keadaan yang sesuai dengan
jalannya sendiri. Aku tidak akan pernah marah terhadap sahabatku yang apabila
nanti menjauh karena mereka menemukan yang lebih baik.
Karena
aku akan tetap disini. Aku akan berusaha menjadi tempat ‘pulang’mu yang lain.
Memang bukan yang pertama dan terbaik, namun …
Aku akan
berusaha selalu ada.
Sederhana
kan?
