Selamat
malam sahabat tulis. Bagaimana kabarnya? Semoga sehat sehat saja ya. Dan untuk
sahabat kita yang ada di Bali, Om Swasti Astu :)
Tulisan
ini akan cukup spesial karena saya akan membahas tentang PHP (Pemberi Harapan
Palsu). Siapa coba di Indonesia ini yang nggak ngerti apa itu PHP. Pasti semua
sudah tahu, ahli bahkan. Apalagi kalangan kalangan “pencinta” dan “penggalau”.
Spesialnya
lagi adalah hingga saya menulis tulisan ini, saya membuka kesempatan untuk
seluruh sahabat tulis bertanya tentang segala hal ihwal mengenai PHP lewat
Path, Twitter dan Facebook. Namun sayangnya, hingga saya menulis tulisan ini
baru ada satu pertanyaan dari Twitter. OK, tidak apa apa. Dan itu bukanlah
alasan bagi saya untuk berhenti menulis seperti ini.
Ide
saya untuk membuka kesempatan bertanya ini terinspirasi dari blognya mas Pandji
Pragiwaksono, dimana beliau membuka rubrik #DJAWABDJI kalo nggak salah. Dimana
rubrik ini memberikan kesempatan kepada para semua followernya untuk bertanya
kepadanya dan akan dia jawab lewat blognya. Metode yang sangat asik dan menarik
untuk dicontoh. And, here I am.
Kenapa bahasannya harus PHP? Sederhana. Karena ini adalah hal yang ingin saya
luruskan mengenai kejadian PHP. Atau mungkin saya hanya ingin mengungkap teori
dan pendapat saya mengenai PHP yang juga mungkin bisa membawa anda pada
pengertian mengenai PHP yang bisa diterima. Karena fenomena PHP ini terkenal
sangat buruk image-nya dan orangpun
saling tuduh menuduh.
Dan,
saya, disini hadir untuk menengahi.
The world is sick, and I’m a doctor.
Oh
iya. Agar bahasan kita ini tidak terlalu luas, saya akan membatasi fenomena PHP
ini hanya pada aspek cinta. Bukan aspek yang lain misalnya, dosen suruh kita
masuk jam 7, eh ternyata dianya telat. Ditunggu lamaa, 45 menit, lalu ada orang
dari presensi bilang, “jadwalnya kosong. Bapaknya repot dan gak bisa ngajar”.
Sontak, semua bersua, “DASAR DOSEN PHP!”. Nah, bahasan kita nggak sampek situ
ya.
***
OK.
Kita mulai bahasan menyenangkan ini.
Pertama,
mari kita berangkat dari definisinya, Apa
itu PHP?
Setelah
saya google, ternyata PHP itu merupakan kependekan dari Pemberi Harapan Palsu. Kata
ini bisa menjadi kata benda dan kata kerja. Ketika menjadi sebuah kata: PHP,
menjadi kata benda. Ketika masuk dalam kalimat : “ Ah sial, kemaren gue habis
di PHP-in ama cowok gue” menjadi sebuah kata kerja.
Selesai
dengan definisi, kita langsung saja masuk pada hal yang paling penting dan
menjadi hal yang sangat sensitif. Yaitu, Kenapa
orang melakukan PHP?
Nah.
Disinilah saya ingin mengangkat fakta yang menurut saya harus saya angkat.
Fakta yang cukup mencengangkan dan bahkan menjadi hal yang tidak bisa diterima
oleh para “korban PHP” bahwa …
Hukum yang Pertama.
“ Para
pelaku yang “diduga” PHP itu, tidak
pernah memberikan PHP itu sendiri “
Tidak
ada orang yang niat PHP.
Yap.
Ini berdasarkan “ijtihad” saya bersama rekan blogger saya, Fitroh Fide dalam
sebuah perbincangan tentang wawasan yang bersifat sensitive.
Fenomena
PHP ini terjadi bukanlah benar benar ada orang yang memiliki niat “Ah aku deketin dia ah. Ntar aku kalo udah
deket, ntar aku tinggalin. Aku PHP-in. Muahahahha *ketawa setan*”. Bukan.
Hukum Kedua.
Fenomena
PHP ini terjadi sebagai impact dari
Miskom alias miskomunikasi. PHP adalah produk dari miskomunikasi.
Lalu
muncul pertanyaan “miskomunikasi bagian
mananya PHP itu?”
Pertanyaan
yang bagus.
Tapi
begini, saya terangkan terlebih dahulu SEJARAHnya
PHP dari analisis saya.
Begini
Sekmen fenomena yang kita sebut sekarang
sebagai fenomena PHP adalah sekmen komunikasi antara dua sejoli (ingat! Bahasan
kita hanya pada aspek percintaan) dimana ketika terjadi proses PDKT yang
memiliki tujuan untuk membangun identitas dan menunjukkan kepada pasangan anda
bahwa anda menyukainya. Dan ketika proses PDKT yang begitu intens ini mulai
berkurang intensitasnya bahkan kemudian berhenti sama sekali, padahal, pasangan
anda itu sudah mulai menerima anda sebagai orang yang mengisi ruang hatinya,
mulai menyukai anda, dan tinggal menunggu “eksekusi” anda menyatakan cinta pada
pasangan anda. Pada kondisi inilah, jika benar benar terjadi pengurangan
intensitas PDKT yang cukup ekstrim, dan pasangan anda ini mulai merasakan
kegelisahan dan mulai merasakan bangunan perasaan sayang yang tumbuh kepada
anda ini menjadi sia sia, maka itu sudah masuk dalam fenomena PHP.
Dalam
Sejarah dulu dulu, kita nggak mengenal yang namanya PHP. Namun, karena
peristiwa ini terjadi dalam jumlah yang masiv dan belum ada pe-label-an atau
penamaan terhadap peristiwa ini, maka, kaum yang jumlahnya sangat banyak ini
ada 2 kemungkinan dalam memberikan nama PHP :
1.
Menyetujui
secara konsensus, bahwa peristiwa ini dinamai sebagai “PHP” atau
2.
Ada salah
satu “korban” dari kondisi diatas yang memberikan label secara mandiri, yaitu
PHP. Dan ketika hal ini di publish kepada
halayak, maka halayak yang merasakan serta mengalami hal yang sama, menggunakan
“label” ini secara bersama dan berjamaah. Karena mewakili perasaan mereka.
Itulah
SEJARAH PHP.
Sekarang,
bagian dimana terjadi miskomunikasi adalah (saya akan menjawabnya dengan
pertanyaan)
Apakah tindakan “dia” yang baik
kepada anda itu adalah salah satu wujud sedang melakukan PDKT kepada anda atas
dasar “dia” benar benar SUKA dengan anda.
ATAU
Apakah tindakan baik “dia” ini adalah
memang sikap asli “dia” kepada setiap orang yang “dia” kenal, dan anda merasa
ke- GR-an bahwa sepertinya “dia” SUKA
dengan anda.
Coba
anda instrospeksi dulu.
Pernyataan
kedua inilah dasar saya menyebutkan seperti diatas bahwa “ Tidak ada orang yang
niat PHP “.
Tahu
kah anda? Bahwa sejujurnya, yang menjadi Korban yang sesungguhnya, adalah dia
yang anda sebut PHP itu sendiri. Dia adalah korban dari ke-egois-an anda. Dia
menjadi korban karena kekukuhan anda terhadap pendapat anda sendiri, terhadap
rasa GR anda sendiri. Tidak merasa bersalahkah anda?
Nah,
untuk yang pernyaataan pertama, apabila benar niat dia awalnya adalah PDKT, dan
anda mulai sayang, lalu tiba tiba seolah
olah ditinggalkan, bukan berarti juga anda berhak memberikan label PHP
kepada dia. Ada beberapa faktor mengapa dia melakukan hal itu :
1.
Kesibukan
yang Memaksa.
Jadi, alasan mengapa “dia” ini seolah olah meninggalkan anda adalah
memang karena kesibukannya yang begitu memaksa sehingga dia tidak mampu
menghubungi anda. Bisa seperti tugas yang menumpuk, tuntutan kerja
2.
Keterbatasan
sumberdaya menghubungi anda.
Misalnya saja dia sedang dalam
keadaan bokek stadium 4. Hampir tidak
tertolong lagi. Dan hal ini memang sangat memberatkan.
3.
Faktor dari
keluarga
Maksud dari faktor keluarga ini
adalah dimana pihak keluarga dia kurang menyetujui hubungan kalian yang mulai
“terendus”
4.
Faktor
lingkungan
Lingkungan juga berpengaruh. Misalnya
lingkungan pertemanan dia. Nah, faktor ini cukup rumit dan terjadi. Dimana
“dia” ini memang benar suka dengan anda, namun, teman si “dia” ini juga suka
kepada anda. Dan agar tidak terjadi pertengkaran dalam persaingan sesame teman,
“dia” yang lebih lama PDKT dengan anda lebih memilih mengalah karena alasan
yang bisa berkaitan dengan faktor selanjutnya …
5.
Hal pribadi
yang bersifat privasi
Yup. Kita harus menghargai area ini.
Dimana kita tidak bisa mencampuri hal hal yang memang bersifat sangat privasi
dan sensitive. Yaa mungkin suatu hari nanti akan ada waktu tersendiri bagi anda
untuk mengetahuinya, atau mungin tidak.
Nah,
5 faktor diataslah yang cukup sering kita temui dan mengharuskan kita untuk
memberikan durasi toleransi yang lebih lama. Nasehat ini untuk anda para
“penunggu” yang mulai merasa ter-PHP-kan.
Masuklah
kita pada hal yang menjadi semua ujung bahasan kali ini.
Lalu bagaimanakah cara mengatasinya?
Bagaimanakah cara paling bijak agar saya tidak menjadi “korban” dan korban itu
sendiri?
Sungguh.
Caranya sangat sederhana. Yaitu dengan kembali kepada Hukum Kedua.
Perbaikilah komunikasi. Selesaikanlah miskomunikasi diantara kalian
berdua.
Karena
apa?
Karena,
PHP ini muncul sebagai PRODUK dari MISKOMUNIKASI.
Yangmana
dibila dibalik, Miskomunikasi adalah penyebab dari PHP. Berarti, Miskomunikasi
adalah sumber masalahnya.
Maka
dari itu, untuk mengatasi sebuah masalah (dalam hal ini PHP), maka sumber
masalah itu harus diselesaikan.
Kesimpulan
dari kesimpulannya, jika anda ingin
menyelesaikan masalah PHP, selesaikanlah masalah miskomunikasi diantara kalian.
Sebagai
bonus, saya berikan salah satu praktek.
Bila
anda merasakan suka dengan seseorang, lalu anda mulai melakukan PDKT kepada
dia. Lakukanlah. Seiring berjalannya waktu, anda pasti mampu melihat respon
yang “dia” berikan. Bila, sepertinya
YES, maka lanjutkan saja. Bila, sepertinya
NO, maka silakan anda yang memutuskan, apakah ingin berusaha lebih lagi. Atau
berhenti, mencari target yang lain. Dalam kasus ini misalnya tanda darinya sepertinya YES, maka lanjutkan. Dan ini
yang penting, Jika anda mulai merasakan adanya indikasi PHP, maka langsung ungkapkan perasaan anda.
Katakan secara gentleman, tenang, dan
jujur. Ungkapkan yang selama ini anda rasakan. S-e-m-u-a-n-y-a.
Sekarang,
tunggu respon dia. Dan ini nasehat yang saya berikan, yang menjadi puncak
makrifat dari praktek ketika anda masuk dalam fase “memperjuangkan cinta”.
Apapun jawabannya, hargailah
perjuangan anda dengan menerima hasilnya dengan lapangdada dan ikhlas. Jangan
merusak perjuangan anda yang tulus itu dengan bertindak kasar dan ke-egois-an.
Jangan karena cinta anda ditolak, anda memusuhi dan menjauhi dirinya. Karena,
disinilah titik kedewasaan seseorang diuji. Berusahalah mendengar alasannya
mengapa dia menolak anda, dan terimalah alasannya sebagai hak dia sebagai
pribadi yang berhak memilih orang yang dia percaya untuk mencintainya.
Dan satu lagi,
Berterima kasihlah karena dia
mengijinkan anda untuk merasakan hura hura kasmaran terhadapanya.
Itu baru kedewasaan.
Dan cinta yang mendewasakan.
NAMUN
Manusia itu memang memiliki
corak yang beraneka ragam. Dan teori yang saya paparkan diatas ini adalah teori
yang berdasarkan “ijtihad” saya dengan rekan rekan yang lain yang mengambil
perspektif bahwa semua manusia itu baik
dan datang dengan niat baik. Orang yang “buruk” itu tidak selamanya buruk,
namun mereka adalah orang yang terperangkap dalam keadaan yang memaksa mereka
terlihat buruk.
Tetapi, saya tidak menutup
kemungkinan bahwa memang ada orang orang brengsek yang memiliki niatan tidak
baik. Yang berusaha mencelakakan kita dan menjerumuskan kita pada kondisi yang
membuat kita tidak nyaman. Saya yakin, mereka ini ada. Tetapi, saya memilih
cara pandang positif, sedangkan apabila kita dihadapkan dengan orang yang benar
brengsek seperti itu, maka selalulah membawa bekal yaitu kewaspadaan.
Dan anda tidak perlu sakit
hati ketika memang benar anda masuk dalam “perangkap” orang seperti ini. Itu
adalah tanda dari Tuhan, bahwa Tuhan itu sedang “mengusir” orang yang tidak
baik untuk kita. Dan jika ada pihak ketiga, maka biarkanlah. Toh, berarti pihak
ketiga itu “mengambil pencuri” yang oleh Tuhan berusaha dari dulu untuk diusir
dari kehidupan kita namun kita memaksakan kehendak kita, memaksakan konsep baik
tentang “dia” yang sebetulnya semu, dan Tuhan lebih tahu. Karena memang Dia-lah
yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu.
Dan
berakhirlah tulisan saya mengenai segala hal ihwal tentang PHP kali ini. Masuk
pada ….
JAWAB
PERTANYAAN
Pertanyaan
datang dari akun @mauladah
“gimana
ngadepin cowok PHP mas?”
Seperti
yang saya bahas diatas, kita harus melihat konteks. Apakah ini adalah salah
satu bentuk kesalahaan miskomunikasi yang saya bahas diatas. Atau mungkin
memang dia orang yang menjadi “pengecualian” dalam bahasan NAMUN saya diatas. Kalo cowok itu masuk dalam kategoti NAMUN, yaa ikhlaskan saja. Biarkan
saja. Dan tinggalkan saja. Dia itu pengkhianat, kenapa kamu masih ngeyel mempertahankan? Wanita yang baik,
untuk Pria yang baik. Mario Teguh :)
Sekian dulu sahabat tulis pembahasan kita.
Sampain ketemu di post selanjutnya~ :)
