Tuesday, March 18

A Little Thing, Called Love

0 comments
Gue terjebak dalam pemahaman bahwa ….

Cinta dan kasih sayang yang sudah kita berikan kepada orang lain, disana tersimpan hak kita untuk mendapatkan kasih dan cinta dari orang itu

Ya. Cinta yang pamrih.

Yap. Sekali lagi, gue lagi lagi dalam keadaan melankolis dan ini semua disengaja memang.

Dalam draft Film gue, ada cukup banyak film yang belum gue tonton, salah satunya adalah “A Little Thing Called Love”, film dari Thailand.

Bercerita tentang cinta yang sesuai sekali dengan yang Mario Teguh bilang.

“Cinta itu adalah hal yang mampu membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya”. Kurang lebih seperti itu.

Karena jatuh cinta inilah, pemeran perempuan, Khum Nam benar benar berusaha memoles dirinya agar menjadi pribadi yang lebih baik. PADAHAL, perempuan ini, dulu dikelas 1 adalah perempuan paling jelek disekolahnya. Dan diakhir masa sekolahnya, dia menjadi perempuan paling popular, paling cantik, dan paling pintar disekolahnya.

Khum Nam ini jatuh cinta dengan seorang seniornya, Shone. Berbeda dengan saya, dia memang sangat tampan. Kulitnya putih, tinggi, ramah, dan memiliki senyum yang teduh. Kalo gue cewek, pasti gue juga naksir. Dan ternyata Shone, ini juga suka pada Khum Nam, bahkan sejak dia masih “jelek”, secara diam diam. Yap, mereka berdua saling jatuh cinta diam diam.

Kemudian ceritanya diisi oleh perjuangan dari masing masing tokoh yang saling menyukai ini. Saling mengagumi, saling mencoba “curi pandang” dan hal hal lain yang biasa dilakukan orang jatuh cinta yang membuat kita tersenyum sipu. Yang pernah merasakan jatuh cinta pasti ngerti maksud gue.

Lalu, apa kaitannya?

Bahwa, pengertian tentang cinta dan bukti pengalaman yang gue rasakan, sesungguhnya masih bukan sepenuhnya cinta.

Pengertian gue tentang cinta, salah.

Dan gue berusaha menggunakan kesalahan pengertian gue itu untuk membela pendapat gue, tentang cinta, yang masih salah. Berusaha memutar fakta, bahwa pengalaman gue “lebih benar dan real” daripada arti nilai Cinta yang sesungguhnya.

Cinta itu “seakan” ikhlas mencintai tanpa perlu dicintai.

Yang terpenting dari cinta, adalah ketika kita benar benar “merasa” merasakan cinta, maka seharusnya itu menjadikanmu seseorang yang tumbuh - dalam perasaan jatuh cinta itu - kearah yang lebih baik, lebih indah.

Bukannya meminta apa yang sudah kita berikan kepadanya, ketika kita “merasa” merasakan jatuh cinta.

Cinta adalah hal yang menjadikanmu tumbuh menjadi lebih baik karenanya.

Bukan, sesuatu yang pantas untuk kita pamrihkan.

Salah. Selama ini gue salah.

Ini adalah bukti, bahwa gue yang sekarang ini, adalah akumulasi gue dimasa lalu.

Artinya juga, dirimu yang sekarang ini, adalah akumulasi dirimu dimasa lalu.

Usahakanlah, jangan melukai seseorang yang lalu meninggalkannya begitu saja.

Jika engkau lukai dia, tunaikan kewajibanmu untuk menyembuhkannya. Pulih menjadi sesuatu yang kembali menjadi dirinya. Menjadi makhuk Tuhan yang berjiwa seindah indanya.

Usahakanlah.

Leave a Reply