Malam
mulai datang. Semilir angin menyenggol bulu kuduk. Kota kecil nan sederhana itu
tlah dijemput malam. Dingin, seperti malam malam sebelumnya.
Sejak
jam 5 sore, channel TV terpaku pada
acara pacuan MotoGP. Hanya saya sendiri yang begitu memperhatikan. Tidak ada
acara olahraga yang lebih menarik minatku dari pada balap MotoGP. Tidak
sepakbola, terlalu membosankan, untukku. Mama dan Papa berseliweran didalam
rumah sedangkan Adik, berdiam dalam kamar. Mengerjakan tugas teriaknya dari “kamar
gelap” miliknya. Toh akhirnya saya juga yang harus membantu mengerjakan tugas
Fisikanya.
Saya
tak pernah lupa acara itu. Tidak pernah. Mario Teguh Golden Ways. Dulu, jam 7
malam lewat 5 menit. Tapi sekarang mulai ganti jam tayang. Jam setengah 8 malam
(molor sedikit).
Banyak
orang, twit, bahkan meme yang bilang
kalau “ Hidup tak semudah omongan Mario Teguh”. Yaa memang begitu halnya, hidup
memang tidak mudah. Mario Teguh pun juga sangat mengerti hal itu.
Tapi,
Bukankah
karena hidup yang tidak mudah itu, disanalah kita sangat membutuhkan bantuan
ya? Setidak tidaknya ‘kan nasehat ya.. Kalau beruntung, malah pelajaran hidup
berupa hikmah dan pengalaman.
Itu
semua bisa didapatkan dari MTGW ini.
Bahkan,
Acara
ini sering sekali “menegur”ku untuk kembali mengingat Tuhan, Allah. Imanku
belumlah iman yang setinggi ahli surga yang biasa kudengar dari radio, televisi,
dan media lain, jadi yaa… sering naik turunlah iman ini. Fluktuatif. Tetapi beliau,
Pak Mario Teguh yang dalam setiap nasehatnya, --saya tahu sekali bernafaskan
Islam-- dan selalu mengingatkan untuk
kembali kepada Tuhan.
Sesederhana
itu.
Episode
malam ini bertemakan “Jalan Keemasan”, bersamaan dengan Ulang Tahun ke 6 acara
Mario Teguh Golden Ways.
Tadi,
saya ingat benar ketika segmen “nostalgia curhatan”.
Ke-terkesan-an
pertamaku adalah ketika ingatan ini dibawa pada kisah “UN, I’m Not Afraid”.
Yup, laki laki itu sekarang sungguh telah berbeda dengan pertama kali dia
datang. Yang dulu terlihat sangat muram, tadi malam terlihat langkahnya sudah
ringan kembali. Suaranya pun lebih segar, menandakan hidupnya sekarang sudah
begitu membaik. Turut senang ketika mendengar berita sekarang sudah diterima di
PTN yang diinginkan. Tidak semua orang seberuntung dia.
Masuk
ke paragraf yang lebih kocak. Seseorang yang menangis ketika curhat tentang
perempuan yang meninggalkannya. Exactly,
it’s a MAN who cry in front of million
people watch that episode. Jujur saja, sedikit memalukan. Dan malam ini pun
ketika dia hadir di MTGW kembali, dia pun sudah sedikit lebih tercerahkan.
Hehe. Agak sedikit geli sih tadi nontonnya, lucu gimana gitu. Apalagi ketika
bagian “ Oh itu mantan? | Bukan, itu tukan Ojek”, Pak Mario, seluruh keluarga
saya tertawa saat itu.
Tidak
kalah kocak adalah ketika dibawa pada episode Ibu Paket Kombo dan Ibu Paket
Hemat. Asal bapak tahu, itu 1 hari sebelum ulang tahun saya juga lho, Pak. Yup,
saya lahir 17 Agustus. Ketika episode itu diputar, saya tertawa terpingkal
pingkal ditemani Mama saya yang tiduran
di kasur sebelah. Sedangkan Papa saya, bingung membagi konsentrasinya untuk
telfon dengan seseorang diseberang sana sambil bertanya kepada saya, Pak : “Nyapo iku, Le? Kok ngguyumu banter. Enek
opo?” (tidak perlu saya terjemahkan ya, Pak Mario hehe)
Adalah
benar bahwa, acara ini menjadi acara keluarga dikeluarga kami, keluargaku. Awal
perkenalanku dengan acara ini pun adalah ketika saya masih SMP dan sedang galau
galaunya serta pengen pengennya punya cita cita untuk jadi Motivator. Alhasil,
berkenalanlah saya dengan acara ini. Karena begitu tertarik dan begitu niatnya,
pada awal awal tahun itu, setiap nasehat yang diucapkan oleh Mario Teguh saya
tulis secara manual pada buku buku tulis yang memang saya khususkan. Kala itu,
hostnya masih mas Uli Herdinansyah, terus berganti dengan Tukul, Abdel, dan
juga Mongol. Saya ingat sekali waktu itu. Dan hingga saat itu, terkumpul 5 buah
buku yang penuh dengan kata kata serta nasehat Mario Teguh. Masih ada dan masih
saya simpan.
Sayangnya,
saya tidak melanjutkan untuk menulis nasehat itu lagi. Karena sekarang Pak
Mario sudah lebih sering mempostingnya dalam bentuk gambar dalam facebook
beliau.
Segmen
MTGW hari ini diakhiri dengan potong kue Ulang Tahun MTGW bersama Ibu Lina dan
host, Hilbram Dunar.
Tulisan
ini saya dedikasikan sebagai sebuah perwujudan terima kasih karena MTGW begitu
setia menemani Minggu Malam saya bersama keluarga dengan begitu hangat. Terima
kasih saya atas dedikasi Pak Mario begitu pula dengan nasehat serta menjadi
orang yang mengingatkan saya untuk selalu kembali pada Tuhan. Yang terpenting,
menjadi panutan dan teladan saya yang hingga saat ini, belum terganti.
Saya
berharap bahwa Pak Mario berkenan membaca sedikit tulisan saya dan apresiasi
saya sebagai seorang Sahabat yang berusaha untuk hadir menikmati MTGW dan
terima kasih saya atas nasehat yang diberikan.
Oiya!
Terima
kasih juga karena dulu pernah menjawab pertanyaan saya via Twitter dan sering
mem-favorit twitter yang saya mention ke Bapak.
Selamat
Ulang Tahun, MTGW. Semoga Tuhan, Allah, berkenan memperpanjang umur Bapak dalam
kesehatan dan kebahagiaan untuk selalu ada sebagai Sahabat yang setia
memberikan motivasi serta nasehat nasehat baik dan mengingatkan kembali kepada
Allah.
Impian
sederhana saya, suatu saat nanti, saya agar mampu bertemu, bertatap muka,
bersalaman, bahkan bisa ngobrol santai dengan bapak.
Semoga
masih sempat ya.. :)
