Sunday, August 31

Selamat Ulang Tahun, MTGW

0 comments
Malam mulai datang. Semilir angin menyenggol bulu kuduk. Kota kecil nan sederhana itu tlah dijemput malam. Dingin, seperti malam malam sebelumnya.

Sejak jam 5 sore, channel TV terpaku pada acara pacuan MotoGP. Hanya saya sendiri yang begitu memperhatikan. Tidak ada acara olahraga yang lebih menarik minatku dari pada balap MotoGP. Tidak sepakbola, terlalu membosankan, untukku. Mama dan Papa berseliweran didalam rumah sedangkan Adik, berdiam dalam kamar. Mengerjakan tugas teriaknya dari “kamar gelap” miliknya. Toh akhirnya saya juga yang harus membantu mengerjakan tugas Fisikanya.

Saya tak pernah lupa acara itu. Tidak pernah. Mario Teguh Golden Ways. Dulu, jam 7 malam lewat 5 menit. Tapi sekarang mulai ganti jam tayang. Jam setengah 8 malam (molor sedikit).

Banyak orang, twit, bahkan meme yang bilang kalau “ Hidup tak semudah omongan Mario Teguh”. Yaa memang begitu halnya, hidup memang tidak mudah. Mario Teguh pun juga sangat mengerti hal itu.

Tapi,

Bukankah karena hidup yang tidak mudah itu, disanalah kita sangat membutuhkan bantuan ya? Setidak tidaknya ‘kan nasehat ya.. Kalau beruntung, malah pelajaran hidup berupa hikmah dan pengalaman.

Itu semua bisa didapatkan dari MTGW ini.

Bahkan,

Acara ini sering sekali “menegur”ku untuk kembali mengingat Tuhan, Allah. Imanku belumlah iman yang setinggi ahli surga yang biasa kudengar dari radio, televisi, dan media lain, jadi yaa… sering naik turunlah iman ini. Fluktuatif. Tetapi beliau, Pak Mario Teguh yang dalam setiap nasehatnya, --saya tahu sekali bernafaskan Islam--  dan selalu mengingatkan untuk kembali kepada Tuhan.

Sesederhana itu.

Episode malam ini bertemakan “Jalan Keemasan”, bersamaan dengan Ulang Tahun ke 6 acara Mario Teguh Golden Ways.

Tadi, saya ingat benar ketika segmen “nostalgia curhatan”.

Ke-terkesan-an pertamaku adalah ketika ingatan ini dibawa pada kisah “UN, I’m Not Afraid”. Yup, laki laki itu sekarang sungguh telah berbeda dengan pertama kali dia datang. Yang dulu terlihat sangat muram, tadi malam terlihat langkahnya sudah ringan kembali. Suaranya pun lebih segar, menandakan hidupnya sekarang sudah begitu membaik. Turut senang ketika mendengar berita sekarang sudah diterima di PTN yang diinginkan. Tidak semua orang seberuntung dia.

Masuk ke paragraf yang lebih kocak. Seseorang yang menangis ketika curhat tentang perempuan yang meninggalkannya. Exactly, it’s a MAN who cry in front of million people watch that episode. Jujur saja, sedikit memalukan. Dan malam ini pun ketika dia hadir di MTGW kembali, dia pun sudah sedikit lebih tercerahkan. Hehe. Agak sedikit geli sih tadi nontonnya, lucu gimana gitu. Apalagi ketika bagian “ Oh itu mantan? | Bukan, itu tukan Ojek”, Pak Mario, seluruh keluarga saya tertawa saat itu.

Tidak kalah kocak adalah ketika dibawa pada episode Ibu Paket Kombo dan Ibu Paket Hemat. Asal bapak tahu, itu 1 hari sebelum ulang tahun saya juga lho, Pak. Yup, saya lahir 17 Agustus. Ketika episode itu diputar, saya tertawa terpingkal pingkal  ditemani Mama saya yang tiduran di kasur sebelah. Sedangkan Papa saya, bingung membagi konsentrasinya untuk telfon dengan seseorang diseberang sana sambil bertanya kepada saya, Pak : “Nyapo iku, Le? Kok ngguyumu banter. Enek opo?” (tidak perlu saya terjemahkan ya, Pak Mario hehe)

Adalah benar bahwa, acara ini menjadi acara keluarga dikeluarga kami, keluargaku. Awal perkenalanku dengan acara ini pun adalah ketika saya masih SMP dan sedang galau galaunya serta pengen pengennya punya cita cita untuk jadi Motivator. Alhasil, berkenalanlah saya dengan acara ini. Karena begitu tertarik dan begitu niatnya, pada awal awal tahun itu, setiap nasehat yang diucapkan oleh Mario Teguh saya tulis secara manual pada buku buku tulis yang memang saya khususkan. Kala itu, hostnya masih mas Uli Herdinansyah, terus berganti dengan Tukul, Abdel, dan juga Mongol. Saya ingat sekali waktu itu. Dan hingga saat itu, terkumpul 5 buah buku yang penuh dengan kata kata serta nasehat Mario Teguh. Masih ada dan masih saya simpan.

Sayangnya, saya tidak melanjutkan untuk menulis nasehat itu lagi. Karena sekarang Pak Mario sudah lebih sering mempostingnya dalam bentuk gambar dalam facebook beliau.

Segmen MTGW hari ini diakhiri dengan potong kue Ulang Tahun MTGW bersama Ibu Lina dan host, Hilbram Dunar.


Tulisan ini saya dedikasikan sebagai sebuah perwujudan terima kasih karena MTGW begitu setia menemani Minggu Malam saya bersama keluarga dengan begitu hangat. Terima kasih saya atas dedikasi Pak Mario begitu pula dengan nasehat serta menjadi orang yang mengingatkan saya untuk selalu kembali pada Tuhan. Yang terpenting, menjadi panutan dan teladan saya yang hingga saat ini, belum terganti.

Saya berharap bahwa Pak Mario berkenan membaca sedikit tulisan saya dan apresiasi saya sebagai seorang Sahabat yang berusaha untuk hadir menikmati MTGW dan terima kasih saya atas nasehat yang diberikan.

Oiya!

Terima kasih juga karena dulu pernah menjawab pertanyaan saya via Twitter dan sering mem-favorit twitter yang saya mention ke Bapak.

Selamat Ulang Tahun, MTGW. Semoga Tuhan, Allah, berkenan memperpanjang umur Bapak dalam kesehatan dan kebahagiaan untuk selalu ada sebagai Sahabat yang setia memberikan motivasi serta nasehat nasehat baik dan mengingatkan kembali kepada Allah.

Impian sederhana saya, suatu saat nanti, saya agar mampu bertemu, bertatap muka, bersalaman, bahkan bisa ngobrol santai dengan bapak.

Semoga masih sempat ya.. :)

Leave a Reply