Terhitung
sejak tulisan ini di publish, hanya
tersisa 29 jam sebelum tanggal 17 Agustus 2014.
Hari
Kemerdekaan Indonesia yang ke 69 kalinya.
Hari
…. Ulang tahunku yang ke 19.
Dan …
Mungkin
menjadi hari ulang tahun pertama gue di tanah rantau.
Apa kado yang ingin kamu dapat di
hari ulang tahunmu, Mads?
FYI,
panggilan yang paling gue suka adalah “Mads” dan satu satunya orang didunia
yang memanggil gue kayak gitu cuman 1. Sahabat gue, Sari Nurfiani.
Kado
yang paaling gue pengen adalah punya pacar.
Gue
cuman berusaha jujur lho ini tapi tenang, bukan #kode kok. Hehehe
Atau
setidaknya bisa dimulai dengan diberikannya gue kesempatan untuk menjalin
hubungan dengan orang yang gue jatuh cintai secara diam diam. Jadi teman aja
dulu. Mungkin itu kado terindah ditahun ini yang gue harapkan.
Lalu
kado alternatif kedua adalah jam tangan. Soalnya, jam tangan yang menjadi kado
ultah gue ketika umur kurang lebih 10 tahun dulu udah mulai rusak. Udah nggak water resist lagi. Selain itu, jam
tangan adalah aksesoris yang normal dan lebih elegan dipakai laki laki daripada
sekedar gelang. Menurut gue sih.
Ketiga,
buku Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang Undang Hukum
Perdata (KUHPer). Buku ini bakal sangat berguna dan gue butuhkan karena di
semester 3 ini gue bakal belajar tentang Hukum Pidana dan Hukum Perdata.
Keempat,
simple sih. Cokelat. Uhh~ I love chocolate so damn much!
Oiya,
jangan kasih boneka ya.. Kan gue laki laki. Kurang cucok kalo kadonya boneka
khan~
Untuk harapan harapan setelah
bertambahnya umur, apa aja nih, Mads?
Tentunya
gue pengen kuliah gue lancar dan berhasil dengan cemerlang. Untuk semester 3
ini gue berharap bisa nggak ikut remidi lagi. Gue rasa seharusnya semester 2
ini pun gue tidak seharusnya remidi, tetapi dosen berkehendak lain. Ya
sudahlah. Gue terima, tapi kurang ikhlas.
Sejalan
dengan permintaan gue diatas, gue pengen dan berharap “dikasih jalan” biar bisa
membangun hubungan yang baik dengan sosok ‘itu’. Gak harus jadi pacar dalam
waktu dekat. Cuman,
Bisa
menjadi teman.
Sesederhana
itu sih.
Entah
nanti kedepannya gimana, gue berserah saja.
Gue
percaya, akan ada saat yang tepat untuk hal yang tepat. Saat ini, bukan waktu
yang tepat buat pacaran. Gue belum menjadi orang yang lebih baik. Belum menjadi
seorang yang pantas untuk jadi pacarnya dia.
Ibarat
mutiara, gue belum menjadi mutiara yang putih, bersih, mengkilat. Belum.
Gue
harus “datang” dengan hal hal yang setidaknya bisa dibanggakan oleh dia.
Maka
dari itu, harapannya, gue bisa menjalin hubungan yang baik. Teman, sahabat.
Harapan untuk Indonesia yang umur
Kemerdekaannya tambah jadi 69 tahun ini, gimana?
Gini,
Gue
merasa kunci perubahan paling besar itu ada di pendidikan. Sikap sikap seperti
fanatisme dan intolerir terhadap perbedaan, bisa sekali digerus melalui
pendidikan. Kenapa? Karena dengan pendidikan adalah cara untuk memberikan
wawasan. Tindakan fanatisme dan kemampuan tidak mampu mentolerir adalah
dikarenakan seseorang itu tidak memiliki informasi atau wawasan tentang hal
yang menjadikan sebuah perbedaan itu. Perbedaan dinilai sebagai sebuah corak
yang mengancam atas eksistensi dari hal yang dipercayai atau dianut. Karena
bersifat mengancam inilah, maka ketika seseorang tidak memiliki informasi
ataupun wacana tentang hal yang berbeda tersebut, maka seseorang ini akan
merasa terancam dan kemudian membenci perbedaan ini.
Pendidikan
hadir untuk memutus muara permasalahan itu. Pendidikan akan membuat kamu “mengerti”
kenapa hal itu “berbeda”. Kemudian memahami dan akhirnya kamu akan menghargai
perbedaan itu.
Gue
yakin sekali, mereka yang tidak mampu menerima perbedaan adalah karena mereka
TIDAK TAHU yang kemudian berubah menjadi TIDAK MAU. Bukan sebaliknya.
Pandji
Pragiwaksono pernah bilang
“
Orang yang tidak siap menerima perbedaan, tidak siap untuk hidup di Indonesia”
Harapan
gue untuk Indonesia,
Orang
orang Indonesia-nya menjadi masyarakat yang mampu mentolerir perbedaan.
Itu
