Friday, August 15

Harapan Kado Menjelang 17 Agustus

0 comments
Terhitung sejak tulisan ini di publish, hanya tersisa 29 jam sebelum tanggal 17 Agustus 2014.

Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 69 kalinya.

Hari …. Ulang tahunku yang ke 19.

Dan …

Mungkin menjadi hari ulang tahun pertama gue di tanah rantau.


Apa kado yang ingin kamu dapat di hari ulang tahunmu, Mads?


FYI, panggilan yang paling gue suka adalah “Mads” dan satu satunya orang didunia yang memanggil gue kayak gitu cuman 1. Sahabat gue, Sari Nurfiani.

Kado yang paaling gue pengen adalah punya pacar.

Gue cuman berusaha jujur lho ini tapi tenang, bukan #kode kok. Hehehe

Atau setidaknya bisa dimulai dengan diberikannya gue kesempatan untuk menjalin hubungan dengan orang yang gue jatuh cintai secara diam diam. Jadi teman aja dulu. Mungkin itu kado terindah ditahun ini yang gue harapkan.

Lalu kado alternatif kedua adalah jam tangan. Soalnya, jam tangan yang menjadi kado ultah gue ketika umur kurang lebih 10 tahun dulu udah mulai rusak. Udah nggak water resist lagi. Selain itu, jam tangan adalah aksesoris yang normal dan lebih elegan dipakai laki laki daripada sekedar gelang. Menurut gue sih.

Ketiga, buku Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHPer). Buku ini bakal sangat berguna dan gue butuhkan karena di semester 3 ini gue bakal belajar tentang Hukum Pidana dan Hukum Perdata.

Keempat, simple sih. Cokelat. Uhh~ I love chocolate so damn much!

Oiya, jangan kasih boneka ya.. Kan gue laki laki. Kurang cucok kalo kadonya boneka khan~


Untuk harapan harapan setelah bertambahnya umur, apa aja nih, Mads?


Tentunya gue pengen kuliah gue lancar dan berhasil dengan cemerlang. Untuk semester 3 ini gue berharap bisa nggak ikut remidi lagi. Gue rasa seharusnya semester 2 ini pun gue tidak seharusnya remidi, tetapi dosen berkehendak lain. Ya sudahlah. Gue terima, tapi kurang ikhlas.

Sejalan dengan permintaan gue diatas, gue pengen dan berharap “dikasih jalan” biar bisa membangun hubungan yang baik dengan sosok ‘itu’. Gak harus jadi pacar dalam waktu dekat. Cuman,

Bisa menjadi teman.

Sesederhana itu sih.

Entah nanti kedepannya gimana, gue berserah saja.

Gue percaya, akan ada saat yang tepat untuk hal yang tepat. Saat ini, bukan waktu yang tepat buat pacaran. Gue belum menjadi orang yang lebih baik. Belum menjadi seorang yang pantas untuk jadi pacarnya dia.

Ibarat mutiara, gue belum menjadi mutiara yang putih, bersih, mengkilat. Belum.

Gue harus “datang” dengan hal hal yang setidaknya bisa dibanggakan oleh dia.

Maka dari itu, harapannya, gue bisa menjalin hubungan yang baik. Teman, sahabat.


Harapan untuk Indonesia yang umur Kemerdekaannya tambah jadi 69 tahun ini, gimana?


Gini,

Gue merasa kunci perubahan paling besar itu ada di pendidikan. Sikap sikap seperti fanatisme dan intolerir terhadap perbedaan, bisa sekali digerus melalui pendidikan. Kenapa? Karena dengan pendidikan adalah cara untuk memberikan wawasan. Tindakan fanatisme dan kemampuan tidak mampu mentolerir adalah dikarenakan seseorang itu tidak memiliki informasi atau wawasan tentang hal yang menjadikan sebuah perbedaan itu. Perbedaan dinilai sebagai sebuah corak yang mengancam atas eksistensi dari hal yang dipercayai atau dianut. Karena bersifat mengancam inilah, maka ketika seseorang tidak memiliki informasi ataupun wacana tentang hal yang berbeda tersebut, maka seseorang ini akan merasa terancam dan kemudian membenci perbedaan ini.

Pendidikan hadir untuk memutus muara permasalahan itu. Pendidikan akan membuat kamu “mengerti” kenapa hal itu “berbeda”. Kemudian memahami dan akhirnya kamu akan menghargai perbedaan itu.

Gue yakin sekali, mereka yang tidak mampu menerima perbedaan adalah karena mereka TIDAK TAHU yang kemudian berubah menjadi TIDAK MAU. Bukan sebaliknya.

Pandji Pragiwaksono pernah bilang

“ Orang yang tidak siap menerima perbedaan, tidak siap untuk hidup di Indonesia”

Harapan gue untuk Indonesia,

Orang orang Indonesia-nya menjadi masyarakat yang mampu mentolerir perbedaan.

Itu

Leave a Reply