Ramadhan sudah berjalan pada hari kedua. Untukku. Aku memulainya lebih
dahulu kemarin dan dikosan kebetulan hanya aku sendiri yang berpuasa disana.
Aku ingin bilang “ Selamat datang Wahai Bulan Ramadhan yang penuh Rahmat”
sungguh, bulan ini memang penuh rahmatNya. Banyak sekali dalil dalil yang
menguatkan pernyataan ini dan disusul dengan saran agar beribadah lebih khusuk
nan banyak.
Bulan Ramadhan ini ibarat bengkel reparasi. Bulan yang ada cuman sekali
dalam setahun dan dijanjikan didalamnya pahala dan ampunan dosa. Aku bersyukur
bisa menemuimu lagi, Ramadhan, sungguh. Bahkan aku pernah merindumu dalam 1
bulan terakhir, seperti rinduku akan kasmaran pada cinta. Sungguh.
Tetapi Ramadhan, dalam 2 minggu terakhir aku sungguh jauh dari TuhanMu,
Allah. Jika boleh aku bagi, aku merasa rinduku padamu telah memudar, kemudian
berganti. Berganti dengan emosi lain. Ego. Ah, aku merasa dunia mulai tidak
adil dalam 2 minggu terakhir. Aku lelah untuk latihan padusa yang begitu
melelahkan hingga malam larut. Aku jengah dengan tugas yang baru dosen berikan
pada akhir menjelang UAS. Sungguh, amarah menutupi rinduku padamu, Ramadhan.
Subjektif memang alasan akan emosiku ini. Dan aku pikir engkau pasti
tidak akan menerima penjelasanku. Terlalu kekanak kanakan. Ahh… Sungguh aku tak
siap untuk menyambutmu.
Tapi aku ingin berubah. Beneran! Aku tidak ingin menyia-nyiakan lagi hal
yang menjadi hak atas diriku sebagai hamba Allah. Aku ingin menjauh dari api
nerakaNya, karna aku tauuu aku tidak akan tahan walau sekedar melihat api
siksaNya. Mungkin saat ini sulit membuktikannya padamu, Ramadhan, bahwa aku
sungguh ingin menjadi pantas memiliki segala nikmatmu. Karna hatiku ini
membatu. Iya, aku tau kamu tau Ramadhan. Makanya aku tidak akan menyalahkanmu
apalagi penciptaMu. Tidak.
Hanya saja, beri aku waktu dan beri aku peringatan. Bahwa engkau hanya
mampir dalam 1 bulan saja. 30 hari dalam 368 hari yang terdata oleh sains.
Aku juga minta bantuanmu. Tolong sampaikan pada Tuhan, bantu aku
mengupas kerak keras yang menempel dihati ini. Tolong. Aku tak lebih dari
sekedar sadar, belum tergerak. Aku tak lebih dari sekedar tahu, bukan mengerti.
Dan yakinlah padaku, Ramadhan, aku ingin dalammu nanti, aku mampu
memperbaiki diri dan keluar sebagai jiwa yang fitrah. Yang bersih. Yang suci,
seperti halnya kesuciannya seorang anak bayi. Lucu, mungil, penuh seri. Oh,
Ramadhan, betapa aku sungguh ingin menemuimu dalam cinta pada Tuhanmu, pada Allahhu Rabbi.
Maaf bila aku berbohong jika hanya ingin berusaha menjelaskan padamu. Karna
ternyata aku juga memohon bantuanmu. Bantuanmu, agar aku mampu mendekat padamu,
Ramadhan. Maaf.
Ijinkan aku ya.. Aku sudah ditolak oleh perempuan termanis dalam
hidupku. Pernah ditelantarkan oleh wanita paling berharga dalam 3 tahun
menjalani hubungan tak bermuara.
Janganlah engkau tambah dengan menolakku dengan mengabaikan ibadahku. Janganlah
engkau membuatku merasa merugi dan bersalah. Biarlah rasa itu dimiliki para
koruptor, tapi aku mohon bukan akuuu.
Ijinkan aku ya, Ramadhan.
Ijinkan aku memiliki Rahmatmu sebagai hadiah yang Allah beri kepada
hambaNya.
Amiinn

sungguh Allah-mu maha pengampun. Allah-mu tidak pernah meninggalkan hambaNya dalam kelaian. Allah-mu tidak pernah menolak hambaNya yang mengharap cinta dan kasihNya. Maka sesungguhnya Allah selalu ada bagi orang-orang sepertimu.
jadikan karirmu sebagai hiasan pada rangkaian ibadah istimewa yang hanya datang 30 hari dalam setahun ini.
toy toy!!! ^^