Tuesday, June 17

Esensi PERBEDAAN (MADSISME)

0 comments
Malam guys. Tulisan ini gue buat ketika malam sudah larut larutnya. Begitu mengusiknya dengung dengung pemikiran itu dikepala, maka gue putuskan untuk menumpahkannya disini.

Gue pengen bahas tentang Perbedaan. Bukan perbedaan antara entitas A dengan entitas B, bukan. Yang gue bahas adalah esensi dibalik perbedaan itu.

Kita berangkat dari sejarah yuk…

Kalian pernah bertanya gak, “Siapa ya yang menciptakan perbedaan?” dan “ Kapan ya perbedaan itu diciptakan?”

Gue adalah Muslim dan pandangan Islam dari Al Quran lah yang pengen gue ambil dahulu.

Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa di sisi Allah. “[al-Hujurat:13].

Gue habis search di Google dan menemukan artikel bahwa surat diatas sering dijadikan sebagai dalil oleh kaum sekuler dan liberalis.

Pendapat gue, ayat diatas itu menjelaskan bahwa memang benar Tuhan Allah-lah yang menciptakan PERBEDAAN. Kita memang benar benar diciptakan AGAR BERBEDA. Jadi, jika memang benar Allah-lah yang ingin agar kita hidup ini dalam perbedaan, kenapa kita ribut sekali mempermasalahkan perbedaan ya? Tugas kita dalam perbedaan itukan untuk saling mengenal. Mengenali pemikiran/ pendapat itu, agar kita belajar dari perbedaan itu.

Karena gini, gue punya quote, “ Kita itu sering menilai orang lain salah, hanya karena dia BERBEDA dengan kita”.

Do you agree?

Kalian tahun nggak kenapa hal itu terjadi? Karena itu adalah sisi EGOIS manusia. Nafsu. Ya, manusia memang diciptakan oleh Allah dengan dikaruniai nafsu. Nafsu untuk diakui, diterima. Dan adanya perbedaan menyebabkan kondisi seseorang yang SELALU ingin agar orang lain SAMA dengan kita, kondisi ini menyebabkan rasa TIDAK NYAMAN pada manusia itu. Dan ketika manusia itu sudah memasuki kondisi TIDAK NYAMAN, mereka akan membuat “ dinding penghalang yang tidak terlihat”. Dinding ini akan membuat manusia itu bersifat defensif, kaku, dan TIDAK AKAN MENERIMA PERUBAHAN, karena tadi… Manusia itu EGOIS.

Manusia selalu ingin orang lain yang berubah, sedangkan dia sendiri tidak mau untuk berubah.

Manusia itu selalu ingin agar orang lain melakukan hal baik dahulu, nanti deh gue nyusul begitu kira kira “nada”nya.

Kembali ke Perbedaan.

Ayat Al Quran diatas tadi menjadi landasan gue untuk menemukan PERBEDAAN antara manusia secara GLOBAL. Nah, ternyata didalam Islam sendiri, yang mengijinkan adanya perbedaan itu adalah Allah sendiri lho. Ini termaktub dalam kisah ditolaknya doa Rasullullah.

Amir bin Said dari bapaknya berkata bahwa satu hari Rasulullah Saw telah datang dari daerah berbukit. Ketika Rasulullah SAW sampai di masjid Bani Mu'awiyah lalu beliau masuk ke dalam masjid dan menunaikan sholat dua rakaat.
Maka kami pun turut sholat bersama dengan Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW berdoa dengan doa yang agak panjang kepada Allah SWT.
Setelah selesai berdoa maka Rasulullah SAW pun berpaling kepada kami lalu
bersabda:
''Aku telah memohon kepada Allah SWT tiga perkara, dalam tiga perkara itu Allah
hanya memperkenankan dua perkara saja dan satu lagi Dia ditolak.''
1. Aku telah memohon kepada Allah SWT supaya tidak membinasakan umatku
dengan musim susah yang berpanjangan. Permohonanku ini dikabulkan oleh Allah SWT
2. Aku telah memohon kepada Allah SWT supaya umatku ini jangan dibinasakan
dengan bencana tenggelam (seperti banjir besar yang telah melanda umat Nabi
Nuh s.a). Permohonanku ini dikabulkan oleh Allah SWT
3. Aku telah memohon kepada Allah SWT supaya umatku tidak dibinasakan
karena perselisihan sesama mereka (peperangan, perselisihan antara sesama
muslim). Tetapi permohonanku tidak dikabulkan oleh Allah SWT.


Perselisihan sesama mereka,

GImana coba? Allah saja, yang menetapkan Islam sebagai agama yang diridhoi oleh Allah saja, memberikan “lubang” seperti diatas. Kita semua tahu bahwa banyak sekali konflik dan masalah yang timbul karena perbedaan, perbedaan pendapat apalagi.

Tapi, satu hal yang harus kita pahami

ILMU ALLAH ITU JAUH LEBIH HEBAT DARI ILMU MANUSIA. Dan dengan prinsip inilah gue berpendapat bahwa, sesuatu yang gue tulis sebagai “lubang” adalah karena persepsi dan pemahaman kita yang belum sampai hingga ILMU ALLAH.

Kita melihat perselisihan pendapat adalah seperti sesuatu yang buruk dan laknat, PADAHAL ada PRINSIP bahwa,

Tidak ada hal didunia ini yang diciptakan Allah secara sia sia.

PASTI, PERBEDAAN PENDAPAT itu manfaatnya.

Dan gue sudah membuktikan bahwa, perbedaan pendapat itu hanya mampu kita tuai manfaatnya, JIKA kita mau dan mampu menerima adanya perbedaan itu. jangan sok ngerasa paling bener brow..

Jangan toh karena kita belum mampu melihat sesuatu yang benar benar baik secara jelas, kita menganggap hal itu buruk, jangan.

Jika benar kebenaran hanya milik Tuhan, maka tidak pantas bagi kita menilai segala sesuatu yang oleh Allah diberikan “lahan” untuk terus tumbuh dan berkembang, malah kita sudah justifikasi bahwa itu, BURUK. Eh, siape elo, nyet?

Allah saja lho yang MAHA SEMPURNA ketika TAHU kamu salah, masih memberikan kita segala kenikmatan dan waktu agar kita SADAR untuk belajar dan memperbaiki diri. Eh, lah kita? Manusia yang nggak bisa sempurna, sok sok-an menganggap orang lain salah karena pendapatnya.. Masya Allah

Dari segala prinsip diatas, gue yakin berpendapat, jangan jadi orang yang fanatisme akan pendapat sendiri yang kita miliki. Hal ini jika ekstrem terjadi akan menjadikan kita kurang mampu untuk terbuka dalam pendapat lain, pendapat yang digunakan agar kita terus tumbuh, berkembang dan belajar.

Kebenaran dan Keburukan itu seperti mata koin dengan sisi yang berbeda. Jika kita mampu melihat salah satu sisinya, seharusnya kita mampu melihat akan sisi yang lain.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah KEDEWASAAN DALAM MENERIMA PERBEDAAN.

Kalian pernah punya pengalaman gini gak?

Dimana sewaktu kalian itu pernah kumpul untuk membahas rapat suatu acara disekolah kalian tapi anggotany nggak komplit. Yang diundang 10, yang dateng 8. Bahas bahas bahaaassss. Akhirnya, deal sepakat 8 orang ini. Nah, hasil itu rapat itu tadi dikasihkan kepada seluruh orang 10 tadi, eh ternyata 2 orang itu sama sama nggak setuju dengan ide kita. Bawel sana sini, kritik sana sini, tapi nggak kasih solusi. Akhirnya kita bilang “ waduh sory bro, ini udah sepakat deh. Sory usulan elo gak bisa diterima”. Nah, dia-nya sewot, marah marah, nge-twit ngejelek jelekin kalian,  dan bahkan nyatru (bahasa Jawa, artinya mendiamkan kehadiran kita).

Pernah nggak pengalaman gitu? Ato malah kalian pelakunya?

Nah, kondisi diatas tadi adalah kondisi dimana kalian berada pada fase kurang dewasa dalam mengalami perbedaan.

Sebenernya bukannya ide kalian itu mentah mentah ditolak, ide kalian jelek ataupun kalian ini dibenci, bukaann. Alasannya adalah karena munculnya kata SEPAKAT, dimana semua orang setuju dengan konsep ide yang ditawarkan tadi. Nah, kemunculan kalian yang terlambat itu, jika dilakukan proses “pengulangan” penyusunan konsep, maka akan semakin memakan waktu dan keputusan final akan semakin sulit didapatkan.

Dalam kepemimpinan, lebih baik melakukan tindakan penanganan yang cepat, walaupun nanti bisa sedikit salah, daripada mengambil keputusan yang lamaaaa walaupun “kelihatannya sempurna”. Kalian yang pernah merasakan bangku kepemimpinan pasti mengerti benar maksud gue diatas, yakin mah gue.

Nah dari situ deh, kalian sebagai pihak yang tidak diterima idenya karena sudah muncul kata sepakat harus dewasa, nerimo lan legowo. Itu penting brow..

Siapapun pasti akan tua, namun dewasa adalah pilihan.

Dan kalo kalian masiihh aja nggak setuju dengan cerita gue diatas, coba deh kalian cek sendiri sikap Rasulullah SAW. Betapa beliau itu manusia sempurna dengan segala kesempurnaan akhlaknya dan kedewasaan beliau dalam menerima pendapat dari sahabat sahabatnya.

Jangan merasa rendah bila berbeda pendapat, tapi juga jangan marah kalo pendapat kalian nggak diterima ama temen temen kalian.

Dewasalah.

Leave a Reply