Monday, January 28

Kugy Karmachameleon

0 comments
Senin yang tidak dinantikan pun akhirnya datang jua. Hari yang paling tidak disukai pelajar manapun ini seperti tidak memiliki ampun untuk datang tepat waktu. Tapi, jika memang senin dihapus, maka hari yang lain pun juga akan dihapus dan minggu pun juga ikut dihapus. Bukan jalan keluar yang terbaik yang mampu dipilih.
Tas pun berisikan buku yang tidak berbeda dengan hari biasanya. Bahasa Inggris, Fisika, Biologi dan Bahasa Arab, makanan yang akan kami santap disekolah. Namun gue buat sedikit berbeda dengan membawa novel Perahu Kertas yang gue pinjam dari adik kelasku. Rani, yang ternyata ia pinjamkan dari rekan satu kelasnya.
Sesampai disekolah, suasana kelas pun masih lengang. Hanya 2 manusia yang sudah hadir mendahului kedatanganku padahal gue biasa datang paling pagi. Ares yang sudah menyalakan laptop dimejanya dan temanku yang lain yang bersenda gurau dengan orang dari kelas lain dimulut pintu. Sesampai dimeja favoritku yang menjadi rebutan teman perempuan yang lain karena tempatnya strategis untuk memperhatikan pelajaran, langsung kugerayahi dalam tas dan mengambil buku paling special itu, Perahu Kertas.
Entah kenapa gue sangat tergila gila dengan novel ini. Mungkin sama saja seperti novel novel yang dijual ditoko buku yang lain, tetapi menurutku, ini beda. Ada sedikit keterbalikan dan ketololan yang gue alami sendiri untuk novel yang tengah membuat perasaanku berbunga bunga ini.
Pertama, ternyata novel Perahu Kertas ini sudah terbit sejak tahun 2008-2009 yang lalu. Dan gue dengan tololnya ber-euforia secara heboh sendiri dengan buku itu.
Kedua, biasanya para pecinta novel akan membaca novelnya dulu baru menunggu dengan penuh harap novel ini dapat difilmkan secara apik. Dan gue terbalik. Entah apa yang sebenarnya yang bisa membuat gue tergila gila dengan kisah berjudul Perahu Kertas ini. Entah karena pemainnya atau kerena cerita/ tokoh Kugy yang benar benar “perempuan idaman” gue. Sosok Kugy yang “gila”, lucu, ceria, spontan, aneh, penuh mimpi dan tulus ini memang perempuan yang gue cari. Apalagi, diperankan oleh Maudy Ayunda. Artis perempuan paling anggun yang pernah gue tau. Dan caranya memerankan Kugy, sempurna buat gue. Benar benar yang gue “cari”.
Sayangnya, sosok itu hanyalah dalam novel. Tak mampu gue cari didunia realitas. Atau mungkin ada, tapi cuman belum ketemu. Entahlah. Tuhan tau yang terbaik untuk hambanya yang terbaik juga.
Sewaktu jam kosong, gue pun kembali fokus ke buku itu lagi. Imajinasi gue pun melayang dibuatnya. Ada lucu, galau, marah, sedih, dan ada saat dimana kalian gemas karena mereka (tokoh dalam novel) yang tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
Kembali, sosok Kugy begitu mengena buat gue. Dan karena Kugy juga, gue jadi semakin terdorong untuk menulis, untuk lebih tulus, dan lebih gila dari sebelumnya. Semua begitu rumit untuk dijelaskan.
Kalau boleh, gue pengen ketemu langsung sosok Kugy. Menjabat tangannya dan memeluknya erat sebagai trima kasih gue. Yang udah ngajarin arti merdeka dalam segala mimpimu, walaupun gimana situasinya.
Sampek gue bingung mau ngomong apa lagi yang bisa gambarin betapa gue terbius oleh Kugy. Andai Kugy baca ini tulisan, mungkin dia bakal ketawa geli karena liat ada orang yang mengaguminya. Tapi, Keenan pun pasti merasakan yang gue rasakan. Atao mungkin yang paling tepat, gue-lah yang merasakan yang Keenan kagumi. Kebebasan. Bebas. Terbang dalam angan yang tak pernah memiliki ujung dari atapnya. Cinta. Dan tulus.
Dan mungkin tulisan untuk Kugy akan beberapa lagi yang gue tulis. Belum puas rasanya gue meng-ekspresikan bertapa Kugy berarti buat gue. Entah ini hanya Euforia sesaat atau bukan, biarlah. Entahlah. Gue hanya melakukan sama seperti yang Kugy lakukan. Mencari yang paling ia inginkan.
Trima kasih Kugy, kamu membuatku hidup J
Tertanda,
Dimas Mahardika

Leave a Reply