Senin
yang tidak dinantikan pun akhirnya datang jua. Hari yang paling tidak disukai
pelajar manapun ini seperti tidak memiliki ampun untuk datang tepat waktu. Tapi,
jika memang senin dihapus, maka hari yang lain pun juga akan dihapus dan minggu
pun juga ikut dihapus. Bukan jalan keluar yang terbaik yang mampu dipilih.
Tas pun berisikan buku yang tidak berbeda dengan hari
biasanya. Bahasa Inggris, Fisika, Biologi dan Bahasa Arab, makanan yang akan
kami santap disekolah. Namun gue buat sedikit berbeda dengan membawa novel
Perahu Kertas yang gue pinjam dari adik kelasku. Rani, yang ternyata ia
pinjamkan dari rekan satu kelasnya.
Sesampai
disekolah, suasana kelas pun masih lengang. Hanya 2 manusia yang sudah hadir
mendahului kedatanganku padahal gue biasa datang paling pagi. Ares yang sudah
menyalakan laptop dimejanya dan temanku yang lain yang bersenda gurau dengan
orang dari kelas lain dimulut pintu. Sesampai dimeja favoritku yang menjadi
rebutan teman perempuan yang lain karena tempatnya strategis untuk memperhatikan
pelajaran, langsung kugerayahi dalam tas dan mengambil buku paling special itu,
Perahu Kertas.
Entah
kenapa gue sangat tergila gila dengan novel ini. Mungkin sama saja seperti
novel novel yang dijual ditoko buku yang lain, tetapi menurutku, ini beda. Ada sedikit
keterbalikan dan ketololan yang gue alami sendiri untuk novel yang tengah
membuat perasaanku berbunga bunga ini.
Pertama,
ternyata novel Perahu Kertas ini sudah terbit sejak tahun 2008-2009 yang lalu. Dan
gue dengan tololnya ber-euforia secara heboh sendiri dengan buku itu.
Kedua,
biasanya para pecinta novel akan membaca novelnya dulu baru menunggu dengan
penuh harap novel ini dapat difilmkan secara apik. Dan gue terbalik. Entah apa
yang sebenarnya yang bisa membuat gue tergila gila dengan kisah berjudul Perahu
Kertas ini. Entah karena pemainnya atau kerena cerita/ tokoh Kugy yang benar
benar “perempuan idaman” gue. Sosok Kugy yang “gila”, lucu, ceria, spontan,
aneh, penuh mimpi dan tulus ini memang perempuan yang gue cari. Apalagi,
diperankan oleh Maudy Ayunda. Artis perempuan paling anggun yang pernah gue
tau. Dan caranya memerankan Kugy, sempurna buat gue. Benar benar yang gue “cari”.
Sayangnya,
sosok itu hanyalah dalam novel. Tak mampu gue cari didunia realitas. Atau mungkin
ada, tapi cuman belum ketemu. Entahlah. Tuhan tau yang terbaik untuk hambanya
yang terbaik juga.
Sewaktu
jam kosong, gue pun kembali fokus ke buku itu lagi. Imajinasi gue pun melayang
dibuatnya. Ada lucu, galau, marah, sedih, dan ada saat dimana kalian gemas
karena mereka (tokoh dalam novel) yang tidak melakukan apa yang seharusnya
dilakukan.
Kembali,
sosok Kugy begitu mengena buat gue. Dan karena Kugy juga, gue jadi semakin
terdorong untuk menulis, untuk lebih tulus, dan lebih gila dari sebelumnya. Semua
begitu rumit untuk dijelaskan.
Kalau
boleh, gue pengen ketemu langsung sosok Kugy. Menjabat tangannya dan memeluknya
erat sebagai trima kasih gue. Yang udah ngajarin arti merdeka dalam segala
mimpimu, walaupun gimana situasinya.
Sampek
gue bingung mau ngomong apa lagi yang bisa gambarin betapa gue terbius oleh
Kugy. Andai Kugy baca ini tulisan, mungkin dia bakal ketawa geli karena liat
ada orang yang mengaguminya. Tapi, Keenan pun pasti merasakan yang gue rasakan.
Atao mungkin yang paling tepat, gue-lah yang merasakan yang Keenan kagumi. Kebebasan.
Bebas. Terbang dalam angan yang tak pernah memiliki ujung dari atapnya. Cinta. Dan
tulus.
Dan mungkin
tulisan untuk Kugy akan beberapa lagi yang gue tulis. Belum puas rasanya gue
meng-ekspresikan bertapa Kugy berarti buat gue. Entah ini hanya Euforia sesaat
atau bukan, biarlah. Entahlah. Gue hanya melakukan sama seperti yang Kugy
lakukan. Mencari yang paling ia inginkan.
Trima
kasih Kugy, kamu membuatku hidup J
Tertanda,
Dimas
Mahardika
