Besok adalah puncak dari segala hal ihwal yang kita perdebatkan,
pertengkarkan, dan permusuhkan selama kurang lebih 1 bulan ini. PEMILU PRESIDEN
2014.
Saya, mendukung Jokowi- Jusuf Kalla.
Alasannya?
Sederhana. Karena Jokowi memiliki rekam jejak yang bersih. Itu adalah
alasan saya yang pertama yang menjadi pondasi untuk alasan alasan lainnya.
Banyak, entah saya mampu menuliskannya semua atau tidak, kita lihat saja.
Saya sudah melakukan riset sendiri. Riset sederhana untuk mencari “
siapakah manusia yang berani sekali untuk mengajukan diri memimpin Indonesia
ini”
Saya akan memulai dengan membedakan terlebih dahulu apa itu Black Campaign dan Negative Campaign.
Untuk hal ini, saya melakukan “perjalanan” didunia maya dalam mencari tahu
informasi tersebut.
Black Campaign adalah kampanye yang menyuarakan tentang hal hal fitnah.
Menyuarakan hal yang berupa opini
dan bukan berupa fakta. Negative Campaign adalah kampanye yang menyuarakan
tentang fakta negative akan pihak yang lain.
Prabowo terlibat dalam kasus Penculikan Mahasiswa pada tahun 1998.
Fakta atau Opini ?
Negative Campaign boleh
dilakukan. Sedangkan Black Campaign tidak.
Hal ini lho yang disalah pahami menurut sebagian besar dari kita.
Menyamakan negative campaign dengan black campaign. Ketika ada orang yang
menyebutkan bahwa Prabowo memiliki jejak kelam dengan tragedi penculikan dan
pelanggaran HAM, banyak dari kita yang mengatakan bahwa “ Kalo kampanye jangan
menjatuhkan pihak lain. Kalo mau dukung, ya dukung aja jagoan kalian “.
Lho,
Menyuarakan hal yang menjadi fakta kok dibilang menjatuhkan sih?
Jika memang itu “menjatuhkan”, maka sesungguhnya andalah yang
menjatuhkan diri anda sendiri.
Saya pun bukannya tidak mencari kebenaran akan kasus ini. Saya mencari,
dan menemui kesimpulan bahwa Prabowo memang terlibat didalamnya. Ini adalah
sebuah fakta. Bukan sebuah fitnah.
Pandji Pragiwaksono menuliskan bahwa, kenapa sih harus ada yang
menyuarakan seperti itu. Itu kan sudah masa lalu, jangan dibawa bawa lagi.
Sekarang begini, Jika didaerah kalian ada pemilihan kepala desa dimana
calon calon yang diajukan adalah orang yang kalian ketahui. Nah salah satu
calon ini anda tahu persis berdasarkan
fakta bahwa dia adalah orang yang pernah dipenjara karena tindakan sodomi.
Oke dah dia sudah “menerima hukuman” dari apa yang sudah dia perbuat, tapi
ketika anda tahu dia akan mencalonkan diri sebagai kepala desa, apa mungkin
kalian bakal dia saja? Apa mungkin kalian akan membiarkan orang lain tidak tahu
bahwa dia adalah pelaku sodomi?
Setidaknya, ketika kita sudah menyuarakan untuk memberitahu warga bahwa
dia adalah orang yang pernah melakukan sodomi, warga mengetahui siapa yang akan
dia pilih. Bagaimana track record dia. Terlepas dari itu, jika warga masih
memilih dia, itu kembali kepada keputusan masing masing.
Yang terpenting, kita sudah member tahu warga. Begitu yang Pandji tulis
dalam blognya.
Itu penting.
Nah dalam pemilihan Capres ini saya tahu Prabowo maupun Jokowi memiliki
kekurangan masing masing. Saya tahu.
Saya sudah riset. Saya sudah berusaha membuktikan sendiri seperti apa to
sebenarnya yang terjadi saat itu. Sudah saya lakukan.
Dan disini, saya melihat Jokowi tidak memiliki catatan buruk seperti
Prabowo.
Itukan alasan sederhana sekali,
bagaimana dengan visi mis blab la blaa
Sederhana. Memang. Namun hal inilah yang membuat saya tidak memikul
beban mental untuk mendukung Jokowi.
Dalam bayangan saya, saya berat. Ketika suatu hari nanti saya sudah
memiliki anak dan anak saya menanyakan, “ Ayah dulu PEMILU 2014 milih siapa? “
kemudian saya memilih Prabowo yang saya tahu tentang rekam jejaknya yang
demikian. Lalu anak saya menjawab “ Ayah milih penculik mahasiswa untuk jadi
Presiden? Padahal Ayah tahu ada calon yang lain yang tidak memiliki rekam jejak
yang demikian? “
Berat. Saya merasa melanggar apa yang saya yakini.
Keyakinan saya pun juga mengatakan bahwa, Ketika kita tidak mengetahui
manakah diantara dua hal yang ada dihadapan saya yang lebih baik dari yang
lain. Maka saya akan memilih yang memiliki
keburukan paling sedikit.
Saya pun juga merasa berat. Ketika orang luar negeri pun bertanya hal
yang sama.
Alasan kedua saya yang besar sekali pengaruhnya adalah karena tulisan
dari Billy Boen.
Ada peribahasa Bahasa Inggris: “Birds
of same feathers flock together”. Arti dari peribahasa tersebut: Orang yang
memiliki karakter yang sama, akan berteman. Dalam konteks PilPres 2014, ini
menjadi salah satu alasan kenapa saya memilih Jokowi dan bukan Prabowo.
Kalimat diatas saya copas
langsung dari tulisan beliau.
Saya ikut tergabung dalam Gerakan Relawan Turuntangan yang diinisiasi
oleh Anies Baswedan. Beberapa kali saya pernah bertemu dengan beliau untuk
mendengar pendapatnya tentang dilema keberpihakan dalam Pilpres kali ini.
Alasan yang diutarakan oleh Anies Baswedan dan Billy Boen ini sependapat
dengan alasana saya.
Saya percaya, masalah Indonesia ini harus diselesaikan bersama sama. Saya
akan memilih Presiden yang bukan “ pilih saya jadi presiden dan saya akan
bereskan masalah anda” melainkan “pilih saya jadi presiden kemudian kita
selesaikan masalah Indonesia sama sama”.
Itu, saya dapat dari Anies Baswedan. Dan sekarang Anies Baswedan memilih
untuk turuntangan menjadi Jubir untuk mendukung Jokowi-JK.
Saya, percaya kepada Anies Baswedan. Dan saya ikut untuk mempercayai apa
yang beliau percayai karena yang selama ini beliau percayai adalah yang selama
ini saya percayai.
Saya tidak taqlid, saya
melakukan riset. Saya sudah melakukan pencarian. Sudah.
Dan sekarang yang saya membuat keputusan.
Orang orang yang mendukung Jokowi-JK pun adalah orang orang yang juga
saya percayai. Rene Suhardono, Andy F. Noya, Anies Baswedan, Pandji
Pragiwaksono, saya percaya pada mereka. Yang saya yakin, mereka adalah orang
orang yang “menggiring bola” perubahan Indonesia kepada era yang sama sekali
baru.
Saya percaya sekali akan hal itu.
Dan tidak masalah ketika anda tidak meyakini apa yang saya yakini. Nggak
masalah. Santai. Selaw~
Karena mungkin, saya juga tidak meyakini apa yang anda yakini.
Dua hal inilah yang menjadikan saya memilih Jokowi-JK.
Namun,
Jika kemudian yang akhirnya menjadi Presiden adalah Prabowo-Hatta, saya
akan menghargai. Saya tidak protes. Jika memang itu adalah kehendak demokrasi,
saya terima dan saya akan patuh.
Sejalan dengan itu, Ketika Presidennya adalah Jokowi-JK dan mereka
berdua menyeleweng, saya akan kritik. Keras sekali bahkan.
Karena yang menjadikan mereka berdua ada disinggasana tertinggi bangsa
adalah karena akibat saya juga. Saya memiliki kewajiban moral untuk mengawal
mereka, mengkritisi secara terbuka maupun terselubung.
Saya tidak akan membutakan mata saya terhadap hal tidak benar, walaupun
itu dilakukan oleh orang yang saya dukung.
Seperti misalnya kejadian di Jogja kemarin, ketika kampanye yang
dilakukan pendukung Jokowi-JK dengan menggunakan motor yang berisik suaranya
menimbulkan konflik dikampus FH UII, yang mana itu adalah kampus saya. Terjadi pengeroyokan
terhadap mahasiswa FH UII dan pada karyawan FH UII. Hal ini tidak bisa
dibenarkan dalam kacamata apapun. Dan saya pun juga tidak setuju akan hal ini.
Hingga akhirnya kasus ini pun dibawa keranah hukum untuk dicari pelakunya.
Yang saya ingin tunjukkan adalah boleh kita mendukung siapapun yang
ingin kita dukung, namun kita tidak boleh semata mata menutup mata akan
keburukan yang mereka buat sekarang maupun nanti.
Tulisan saya ini bersifat pribadi. Jadi, tidak untuk diperdebatkan akan
alasan saya dan keberpihakan saya.
Selamat memilih calon Pemimpin, Indonesia.

In term of delivering you idea, you got my respect, as always :D
Kurang "r" hehe
mugo2 tetep independen