Gue tahu gue akan malu ketika melihat sikap gue yang terus dikejar
dengan kegelisahan. I know it for a long
time ago.
Gue teringat tulisan gue sebelum ini bahwa gue pengen berubah. Gue rindu
untuk merasakan euphoria kebahagiaan menyambut Ramdhan. Tapi faktanya, hingga
saat ini, gue nggak bisa. Yang menyebalkan lagi adalah, gue nggak tahu kenapa.
Hasilnya, gue melulu menyalahkan Tuhan akan segala hal yang terjadi
dalam ketidak adilan dalam hidup gue.
Gue sedih sih. Gue sedih bahwa gue gak bisa menikmati seperti yang teman
teman lain nikmati. Berkah Ramadhan.
Gue akui kalo beberapa hari puasa ini belum maksimal. Menyebalkan
bahkan. Terkurung dikota rantau dan disodori kenyataan kampus gue belum selesai
UAS. Eh, bukannya belum selesai, MULAI AJA BELUM.
Dan dengan jujur gue mengakui hal ini sebagai hal yang sangat gue benci.
Serius, gue benci banget. Rasanya pengen banget cepet cepet ujian dan gue
pengen segera main.
MAIN
Sial memang. Sial.
Kemarin pun gue udah punya rencana buat main ke pantai, tapi karena
semakin dekat dengan ujian, gagal.
Ditambah lagi hal yang bikin gue penat yang lain lain lagi. Latihan
padusa pun harus sore hari dan bikin gue telat buka puasa. Gue bukannya nggak
mau buber, gue nabung. Gue berhemat. Gue bisa aja takjil gratis dideket kosan
gue daripada harus ngebut dari Kaliurang KM 14 kedaerah UGM. Belum lagi
ditambah molor dan sebagainya. Hashhhh
Soal masalah hati, gue berharap banget masalah ini bisa selesai, namun
kelihatannya susah untuk sembuh cepat.
Barusan, gue habis kontak temen lama gue, Helmya. Ngobrol banyak dari
kegiatan kampus sampek masalah hati. Sayang, gue gak bisa ketemu dengan dia
dalam waktu dekat ini mungkin, karena dia bakal balik ke kota Batam ditempat
keluarganya.
Mendengar nasehatnya seperti mendengar Pak Mario Teguh live dari handphone gue,
“ Jangan galau urusan cinta mulu. Perbaiki dirimu sendiri, sibukkan diri
sonoh “, kurang lebih seperti itu kesimpulan pembicaraan panjang kami tadi.
Laki laki baik untuk perempuan yang baik.
Sebenernya gue juga udah tahu akan nasehat itu, bosan malahan
dengerinnya. Selaluu aja ketika gue cerita tentang masalah hati, mendapatkan
nasehat yang sama. Bahkan, ketika ada orang yang curhat ama gue, gue nasehatin
kayak gitu juga. Bedanya, gue menambah dengan bumbu teknisnya dan strateginya.
Penasaran? Butuh bantuan? Hubungi twitter gue yah..
Gue merasa sudah cukup pantes untuk punya pacar, tapi kenapa kok Tuhan
gak kasih kasih, seperti itu kurang lebih kegelisahan gue. Nah yang bikin
tambah gelisah tuh, ketika gue tahu bahwa diluar sana banyak orang yang belum
pantes punya pacar sebaik itu, tapi kok dapet juga gitu lho.. It’s just so unfair.
Dari kejauhan, Patrick Star menjawab “ Hidup memang tidak adil, Bung.
Jadi biasakanlah “
Ugh.
That’s deep.
Akhirnya nasehat pamungkas itu keluar juga. Dia minta gue untuk lebih
bersabat.
Sabar
Sabar
Sabar.
Karena jodoh pasti bertemu, kata Afgan.
Dan jodoh gak akan ketukar, kata Helmya.
***
Dia bilang gue mempesona. Dan karena gue galau, pesona gue jadi hilang.
Pertanyaan gue,
Apa yang mempesona dari gue coba?
Jambang kah? Banyak yang bilang gue malah mirip Ridho Rhoma karena jambang ini.
Dan karena setiap orang memiliki masalahnya masing masing, yang gue
yakin gak bisa mereka tanggung semuanya sendiri, tak apalah kalau memang gue
tak lagi “mempesona”, entah apakah arti sebenarnya pada kata itu.
But, overall,
Thanks for stay and listening :)

Itu teman lama lu? cewe kan? asik tuh punya sahabat cewe
Dari tulisan yg lu buat, gue bisa narik kesimpulan kecil tentang cinta
Cinta itu seperti barang yang hilang. Semakin lu cari, semakin lu kejar, maka barang itu akan semakin sulit lu temukan. Cinta itu tidak perlu lu cari apalagi lu kejar. Karena kalo udah waktunya datang, maka cinta itu sendiri yang bakal nemuin lu.