Perasaan apa ya ini? Aneh.
Akhir akhir ini keresahan tanpa sebab sering melanda. Hingga akhirnya
aku menyaksikan sendiri kisah yang mewakili impian terbesarku.
Film itu berjudul “ Hello Stranger “, film Thailand, lagi.
Aku lupa kapan tepatnya aku mulai menyukai film beraroma drama, apalagi
Thailand. Ceritanya yang menurutku sederhana dan tidak bertele tele namun
mengena. Sangat mengena, dan mewakili.
Kurang lebih ceritanya begini,
Ada seorang laki laki biasa yang sedang dikerjai oleh kawan kawannya
dengan cara diculik lalu diberikan passport untuk berlibur keluar negeri. Disaat
yang bersamaa ada perempuan yang sudah memiliki pacar, berbohong agar dia bisa
keluar negeri, tepatnya di Korea, Seoul untuk berlibur dan menghadiri acara
pernikahan temannya. Dalam perjalanan, mereka berdua dipertemukan melalui
konspirasi alam semesta yang hanya berpeluang 1 banding sekian juta. Karena laki
laki ini tidak begitu fasih berbahasa Inggris, dia pun terpaksa mengikuti sang
perempuan ini. Lalu mereka berdua dibawa dalam romantisme dunia yang menjadi
impian terbesarku.
Aku ingin sekali berlibur, hanya berdua, ditempat yang sama sekali belum
kukenal, bersama seseorang yang begitu spesial.
Ya, spesial. Hanya butuh satu kali untuk bertemu, and just click!
Yang unik dari kisah diatas adalah, mereka tidak saling mengenali nama
asli hingga saat terakhir. Mereka pikir, dengan tidak mengenali nama masing
masing, mereka akan lebih mampu untuk bahagia, lebih bisa saling mengolok olok
tanpa ada rasa marah, dan sebagainya. Mereka pun hanya memanggil Kun satu sama lain.
Sungguh, aku gemas melihatnya. Bagaimana bisa kita menghabiskan waktu
terbaik liburan dengan orang yang namanya saja kita nggak kenal?
It’s just click!
Sekitar 2 minggu yang lalu, aku menghadiri acara Malam Keakraban FKPH
(Forum Kajian dan Penulisan Hukum). Waktu malam hari, ada sesi yang bernama
sesi “MindMap Your Live”. Ada 4 cabang yang harus kita buat. Pertama, Studi;
Kedua, Personal Life; Ketiga, Karir; Terakhir; Harapan pribadi untuk FKPH.
Dicabang Personal Life, yang paling utama aku tulis ada 3.
Satu, Punya pacar
Dua, Pengen banget traveling
Ketiga, Punya travel buddies a.k.a
Sahabat Traveling.
Dan Hello Stranger begitu sempurna, untukku, dalam menuangkannya sebagai
film drama. Sempurna.
Jalan Jalan Men!, begitu epic menjadikannya sebuah pengalaman untuk
memotivasiku mencoba pengalaman baru untuk bertravel ria.
Dulu, ketika aku masih belum Lajang, aku belum sempat untuk memulai
perjalanan spesial itu. Belum cukup berani dan belum ada waktu. Ikut lomba
bersama, tapi kami adalah lawan. Ada rasa yang berbeda dan juga misi yang juga
berbeda.
Sekarang, beda masalahnya. Waktu, ada; berani, cukup.
Orang yang spesial itulah yang belum datang. Tak kunjung datang.
Sudah satu tahun lebih aku me-lajang. Aku bukannya tidak mencari
pengganti, sudah. Aku sudah berusaha. Aku sudah bertemu dengan banyak orang di
Jogja ini. Tapi kamu tau apa? Akhirnya aku jatuh simpati pada orang dari
Kampung Halamanku, Ponorogo. Diawali dengan pertemuan yang singkat dalam suatu
sanggar tari hingga akhirnya terasa seolah olah kami ini sudah lama kenal.
It’s just click!
Sudah aku sampaikan bagaimana perasaanku ini, tapi …
Mungkin kita belum cukup matang untuk ke-fase itu. Mungkin rasa itu
datang disaat yang tidak tepat. And I’m
fine with that. Setidaknya aku mampu membuktikan bahwa aku ini masih suka
perempuan dan aku menunaikan keharusanku untuk menyatakan perasaanku seperti
halnya seharusnya laki laki. Yeah, I know
I’m good :D
Hingga detik ini, kami masih berkomunikasi, masih kontak kontak. She’s still my best friend.
Keinginanku ini sederhana sih.
Aku cuman ingin jatuh cinta lagi. Aku ingin tertarik pada perempuan
lagi. Dan aku ingin memperjuangkannya seperti perempuan perempuan lain dalam
hidupku yang berusaha aku perjuangkan.
Masalah diterima atau tidaknya, aku tidak menjadikannya masalah.
Pasti lahhh rasanya ingin untuk diterima, tapi jika ditolak pun aku
tidak merasa berkeberatan.
Sudah lama hormon Endorpin yang membuatku bahagia akan kasmaran tak lagi
terpompa. Yaa karena nggak ada pemicunya, nggak ada yang membuatku jatuh cinta.
Jatuh simpati pun tidak.
Perasaan ini lebih kering daripada jatuh cinta kemudian ditolak. Lebih
gersang.
Dan bagiku, lebih menyiksa.
Perasaan dimana, ketika aku bersamanya, maka aku tidak membutuhkan siapa
siapa lagi. Hanya dia
Hanya kamu.
Mungkin terlihat skenario Tuhan bahwa seolah seolah masih “disimpan”
oleh Tuhan untuk seseorang yang terbaik menurutNya. Sesaat, aku juga merasakan
hal yang sama, tapi tak sepenuhnya yakin.
Apa aku pantas untuk “disimpan”?
Ah betapa besar kepala diri ini ketika terbesit pikiran seperti itu.
Andai saja lho yaa.. Andai.
Andai aku tahu rencanaNya, kekhawatiranku mungkin bisa berkurang. Tapi,
jodoh tu memang masuk 3 kategori yang 100% hanya Tuhan saja yang tahu
bersanding dengan Rejeki dan Mati.
Aku pun juga nggak bisa kan memaksa Tuhan untuk memberi tahuku sekarang.
Seolah ingin pasrah tetapi belum mampu ikhlas.
Yaaa manusia selain Nabi memang begitu. Wajar. Tapi jangan menutup
kemungkinan untuk belajar.
Brow, Sist….
Makasih ya kalo udah mau baca. Tulisan ini sebenernya cuman jadi media
aja dari kegelisahan yang bikin aku gak tenang, tidak ada keinginan khusus dari
tulisan ini untuk kalian baca.
Terima kasih atas waktunya.. :)
Salam tulis menulis
