Bokap
opname. Iya, kalian pasti udah tau kemaren ditulisan gue sebelumnya tapi bukan
itu yang pengen gue perbincangkan.
Pagi
ini dimulai dengan kegalauan.
Dimulai
dengan biasa, bangun pagi dan mengantar adek ke sekolah. Dan mungkin inilah
satu satunya hiburan dipagi hari saat gue ada di Ponorogo. Khususnya lagi
minggu minggu ini.
Karena
bokap sakit dan harus opname, gue dan nyokap bagi tugas. Nyokap harus ada di
Rumah Sakit dan sedangkan gue stand by
dirumah. Gue yang handle segala
keperluan adek gue, Ajeng. Dan yang paling penting ya antar-jemput dia
kesekolah. Gue seneng, kenapa, karena gue akhirnya “dipaksa” keluar rumah dan
itu menjadi hal yang susah buat gue. Mengingat temen2 pada belum pulang kampong
dan kalaupun ada yang pulang kampong, mereka ada keperluan sosialisasi Univ
masing masing di Ponorogo.
Gue?
yaa gak ikutlah. Sapa coba gue. Ada juga sosialisasi akbar di SMA 1 Ponorogo
khusudzon anak SMAZA saja. Bertepatan tanggal 25 Januari, dan pada saat itu gue
pas lagi UAS. Dan ini yang cukup bikin gue sebel, pas temen2 pada liburan gue
malah baru mau UAS, dan ketika gue pulang untuk liburan, temen temen gue malah
kembali keperantauan. #foreverAlone
Dan
ini dimulai dari sekarang.
Niat
gue pulang tu untuk ketemu dan kumpul bareng adek gue and nyokap dirumah. Tapi karena
bokap sakit, the plan just a plan.
Rencana tinggal rencana. Walaupun memang akhirnya gue bisa maen game WiFi
sepuasnya karena gak ada yang ngomelin, tapi bukan untuk “ini” gue pulang kampung.
I’m already at my house, but not go home.
Forever Alone.
Dalam
keadaan seperti ini gue keinget ama yang Bang Lutfi bilang. Beliau adalah Ketua
dari PSM “Miracle Voice” UII tahun ini. Beliau sekarang menempuh pendidikan
jurusan Psikologi di UII. Beliau bilang, “… terkadang pressure (tekanan) itu bukan karena keadaan, tapi karena pikiran
kita sendiri… ”
Tetep.
Gue butuh waktu untuk ada di “keluarga” dan merasa memiliki “keluarga”. Dan kenapa
harus saat ini?! Padahal gue pengen jadikan moment ini sebagai moment untuk
bener bener “mencari bekal mental”. Karena akhirnya kan memang keluarga yang
support kita, sapa lagi kalo bukan mereka? “temen”?
Gue terus
merasa menolak dan gak terima dengan keadaan ini, gue terus ditekan dengan
pikiran gue sendiri. It feels that I wanna
blame every people around me.
Padahal,
Rasulullah SAW juga pernah bersabda yang intinya, “jika kamu tidak bisa
mengatakan hal yang baik. Maka diamlah!”
Ibarat
benda, rasanya kayak bom waktu yang pengen meledak. Tapi gue bukanlah orang
yang tega untuk berteriak dan menyalahkan orang lain karena ketidakperduliannya.
Apa lagi nyokap sendiri, bisa diblokir deh pintu surge gue nanti -_-
Tapi…
Aku juga
manusia biasa.
Gue
juga manusia biasaa
I want your love …. So badly.
I want you care …. So badly.
I want you …. So badly
Walaupun
gue bisa tarot dan mencari masalahnya sendiri lewat saran tarot, but it’s just not enough.
Gue jadi
seperti anak kecil yang kepengen banget beli mainan dan teriak teriak nangis
minta dibeliin dan gak mau tahu keadaan orang tua kita padahal lagi gak punya
uang.
Tapi
Tuhan ngasih gue pelajaran.
Pagi
tadi gue ke RS untuk bawain baju yang bersih yang udah dicuci dan bawa pulang
baju kotor. Disana kebetulan juga ada tamu yang datang jenguk bokap. Ngobrol kesana
kemari, beliau bilang “ … nggeh nopo nopo
ki lek terlalu berlebihan ki nggeh mboten apik kok …”
…..
……….
Berlebihan.
Iya,
gue berlebihan. Terlalu berlebihan.
Gue berharap
terlalu berlebihan dan menolak akan keadaan terlalu berlebihan.
Memang
itu kata kata common yang biasa kita
denger dari orang orang ketika mereka menasehati, tapi … Satu lemparan batu
yang tidak terlalu besarpun kalau mengenai sasaran yang tepat, bisa bikin K.O
juga kok. Liat aja kisah David and Goliath. Liat aja kisah Nabi Daud melawan
Jalut.
Kecil
tapi pas itu bisa saja memberi arti
yang lebih dari “pas”. Kata kata tadi “kecil”, sederhana, tapi pas sama moment
dan keadaan gue.
Cinta
juga kayak gitu.
Gak perlu
kok kamu kasih hadiah perhiasan, mobil, rumah mewah, jika memang belum mampu
kasih.
Cukup
aja kasih perhatian dan kasih sayang. Dan disempurnakan dengan, kesetiaan.
Gak perlu
kok kasih bunga, kalau kamu bisa kasih sapaan “selamat pagi” dan pelukan hangat
waktu bangun tidur.
Gak perlu
kok kasih kue segedhe TV 24 inch, kalo kamu bisa kecup keningnya sebelum tidur
dan bilang “you’re one and only, in my
life”.
4L4Y
ya? Tapi memang seharusnya gitu.
Cinta
bukan cinta kalau tidak “gila”. Kalo di Indonesia mungkin jadi “ Cinta bukan
cinta kalau tidak 4L4Y”.
Siapa
sih didunia ini yang nggak suka diperhatiin. Secuek apapun manusia pasti suka
kali diperhatiin. Entah itu laki laki maupun perempuan. Dan tidak ada yang “lebih
butuh” perhatian. Cowok – cewek, SAMA. Tidak ada yang “lebih butuh” dan “lebih
tidak butuh” perhatian. Karna gue sering nggak setuju ama statement “cewek tu lebih butuh diperhatiin” atau “cewek itu suka
banget diperhatiin”.
Faktanya,
NO.
Ada juga
cewek yang “lebih tidak butuh” diperhatiin. Banyak. Dan ada juga cowok yang “lebih
butuh” diperhatiin.
Kita
semua sama.
******
Sekali
lagi makasih banget buat Ms. Word yang selaluuu bisa menjadi sahabat gue. Sahabat
yang ketika gue cerita apapun, dia pasti “dengerin”. Dan caranya untuk
menasehati kita, bukan dengan cara yang menasehati bak seorang Guru yang
mengetahui segalanya. Tapi dari dia, kita bisa “berkaca” dan merenungi, “apa to
maksud dari gue alami ini?”
Dan Ms.
Word bisa memberikan itu.
Kalo
ada cewek seperti ini, dia idaman gue. Mungkin juga dari sebagian cowok yang
lain. Dan kalo sebaliknya, yaa pasti sebaliknya juga.
Dan
juga makasih buat yang rela menyianyiakan waktunya untuk membaca tulisan anak
4L4Y ini.
Bukan
bermaksud saya menyinggung dalam tulisan ini, tapi kalo anda tersinggung, ada
baiknya anda introspeksi diri.
Ciao
amigo~
