Tuesday, May 28

I was Fail.

0 comments
         Perjumpaan pertama gue setelah sekian lama kagak nulis harus gue awali dengan kedukaan. I was fail on SNMPTN and that’s hurt. Sakitt banget, kecewa. Seperti 1 dari sekian harapan yang sudah kita bangun, kita siram dengan harapan serta kita jaga dengan ketulusan, hilang. Dan disaat itu jug ague down, so much down sampai gue bener bener gak tau harus ngapain. Gue pun juga gak nyangka akan sesakit ini dan sedalam ini kekecewaan gue dan setelah gue analisa ada beberapa faktor yang membuat sakit ini semakin perih, salah satunya adalah lingkungan.

Sebenernya diawali dengan cukup baik pada pagi harinya. Dimana dimulai dengan pencapaian yang tidak begitu buruk dalam TO gue untuk menghadapi SBMPTN. Katakanlah OK gitu ya. Dilanjutkan lagi dengan acara kumpul FFI di rumah leader-nya Satria Tegar. Dan semuanya berjalan baik dan menyenangkan. Bersama sahabat gue yang lain yaitu Laksa, Astana, Alan, dan Juwito. Memang, saat itu yang hadir cuman 6 orang laki laki dan memperbincangkan bahasan acara apa yang akan kita selenggarain dalam waktu dekat. Namun, Alan harus pergi karena ada urusan yang gak gue tahu, karena gue juga baru habis jemput adeik gue.

Agenda pun berlangsung lebih menarik dengan kita ber 5 main kartu poker. Entah kebetulan ato enggak, gue menang terus dan Satria kalah terus yang nantinya akan menjurus kepada teori gue yang absurd.

Akhirnya, jarum jam yang kecil menunjukkan angka 4 sore, ide untuk melihat hasil pengumuman SNMPTN dicetuskan oleh Satria. Dan kami berlima sudah berkumpul didepan laptop, membuka nomer pendaftaran milik Satria. Tapi, gue sempatkan untuk ngajak temen2 gue doa untuk TW (panggilan Satria) semoga undangannya diterima dan … Tuhan mendengar doa itu. sontak, satu manusia itu kami peluk bersama sama. Mata gue pun berkaca bahagia. You deserve for it, brother J. Dan sekarang giliran si Laksa yang punya niatan untuk membuka hasil pengumuman undangan ini dan target peluk selanjutnya.

Sayangnya, dia lupa dengan nomer pendaftarannya. Begitu juga dengan gue, Astana and Juwito. Karena waktunya sudah sore banget sampek masuk waktu Magrib, kami pun memutuskan pulang dan melihatnya sendiri dirumah. So, niatan untuk dipeluk-memeluk. Gagal.

Gue yang sesampainya dirumah sambil tergopoh-gopoh, langsung buka laptop dan nyalain modem internet. Dan sudah pasti, gue bilang ama Ibu gue untuk mendoakan yang terakhir kalinya, semoga malaikat bersedia mengganti tulisan “tidak diterima” menjadi “selamat bla bla …”. Gue pun mengetik alamat SNMPTN itu sambil menahan gemetar yang udah menjalar kebadan gue hingga ke jari jari. Ibu gue setia nungguin disamping gue, dibela belain buat anaknya padahal semua tau beliau sedang sakit.

Dan akhirnya, halaman itu terbuka. Pelaan banget karena kebetulan lagi lemot banget dan suasana semakin nggak enak. Seperti menyembelih dengan pisau yang tumpul.

Dan dunia segera mengakhiri derita itu menjadi derita lain yang tidak terasa lebih baik.

Berkatalah ia,

“Maaf, anda tidak lolos SNMPTN. Terima kasih telah berpartisisipasi”.

Leave a Reply