Tuesday, May 28

You Rise Me Up ( I was Fail part 2)

0 comments
Gue terdiam walaupun cuman sesaat. Berusaha tersenyum didepan Ibu gue. “yah gak diterima. Gapapa ya ma.. “ jawab gue datar. “iya gapapa, kamu udah brusaha to.. ikhlas ya.. “ jawab beliau halus. “Ya ma.. “ balas gue.

Gue pun sesegera mungkin mandi dan sesegera pula menyelesaikannya. Gue ambil wudlu, dan nyusul untuk Sholat Magrib.

Gak ada kata yang lebih cocok buat nge-gambari perasaan gue selain kata, Kecewa. Iya, dan itulah hal yang sama yang dirasakan hampir 50.000 lebih manusia SMA di Indonesia. Malam itu menjadi malam yang bahagia dan sedih bagi gue.

Bahagia, karena akhirnya temen temen gue udah memenuhi sebagian dari impian mereka. Satria alias TW yang masuk di FKH IPB, Bilal Andre yang masuk Akun UN, Fiddina Yusfida masuk Statistika Unair, Manggala Wahyu Pendidikan Fisika, Fiqi Fahrizal Pendidikan Olahraga. Dan yang menghebohkan adalah masuknya 3 anak SMA 1 Ponorogo di ITB! Atas nama Ahmad Aidin di Teknik Elektro, Shohy Fajri dan Inka yang juga masuk ITB tapi gue belum tau jurusan mana.

Yang sangat disayangkan, untuk yang masuk FK masih hanya Ricky di FK UI. Dan masih hanya dia yang gue tau untuk masuk ke FK. Selamat buat kalian Sobat. J

Bersama dengan tidak lolosnya gue di jalur SNMPTN ini, bersama saat itu pula-lah mimpi gue untuk jadi manusia pertama dari SMA 1 PO yang bisa masuk FK UNAIR tertunda, bahkan mungkin terpendam. Bukan cuman masalah prestis, tapi ini sudah seperti “ditanam” ketika gue SD kelas 6, bermimpi buat jadi Mahasiswa di FK UNAIR. Dan juga, menjadi jalan pembuka bagi adek adek kelas gue, yang gue prediksi jurusan Kedokteran akan semakin diminati dan banyak peminatnya, pastinya. Karena, alumni akan memengatuhi kuota yang disediakan tahun depan, Katanyaa gituu.

Yahh.. Untuk sementara ini, misi itu gagal gue penuhi. Maaf ya.. Smoga kalian yang bisa, mungkin bukan takdir gue J. Mungkin itu takdir dari Adzkiya Brama, Lisma Fahmi, ato Laura Widha P yang gue kenal dan gue ketahui punya minat yang sama seperti gue. I’m gonna pray for all of you. J

Dan karena inilah, gue jadi lebih ‘sensitif’ dari biasanya. Marah, kecewa, sedih, ikut bahagia campur aduk jadi satu. Dan tidak ada yang lebih gue butuhkan selain teman waktu itu. tapi, Tuhan mengirimkan mereka yang lebih dari sekedar teman, kakak.

Namanya Hafizah Meidina, dulu pernah satu sekolah ama gue di SMP 1 PO, kakak kelas, dan ketemu lagi lewat twitter untuk gue mintai nomernya. Sekarang beliau di FKG UNAIR, kampus impian gue dari kecil. Dan juga Mbak AV, mentor GO bidang Bahasa Indonesia yang rempongnya terkenal seluruh dunia nyata maupun gaib.

Mereka berdualah yang bersedia mendengar tanpa menghakimi apa apa yang gue rasa. Mbak Hafis dengan nasehat stateginya untuk tetep semangat untuk tetep ke UNAIR dan mbak AV yang bikin gue senyum, seenggak2nya, bisa bikin gue lebih melihat ke cahaya, bukan pada titik gelapnya. Makasih kakakku, kalian emang yang terbaiiikkk J

Dan itu jauh lebih baik dan lebih gue butuhkan daripada ‘janji’ support yang justru membuat gue tetap melihat titik gelap yang kecil itu. Bukannya membantu melihat ke cahaya.

“disaat seperti inilah, yang kita sebut sahabat akan benar ketahuan” kutipan twit yang gue temuin di twitter. Dan itu, benar.


Dan hingga saat ini, hingga detik ini saat gue nulis tulisan ini, gue bersama teman teman yang lain sedang berusaha bangkit. Berusaha mengumpulkan segala apa yang tersisa dalam raga untuk kembali berusaha mencoretkan tinta karya. Sangaat tidak mudah, tapi mungkin.

Daya tahan manusia terhadap tekanan memang berbeda beda, ada yang kuat hingga keakar ada juga yang sudah tanggal walau hanya disentuh.

Dan disinilah, hanya hati yang penuh kasih sayang yang mampu mengerti dan memahami.

Apa yang kami butuhkan adalah waktu, biarkan kami berusaha. Dan janganlah membuat luka lagi, karena ini … sudahlah cukup.

Leave a Reply