Gue bisa gak ya?
Bisikan ini terus dan terus
membekas dipikiran gue. Atas semua kegagalan dan perjuangan yang tak kunjung
menjanjikan hasil. Berusaha dalam penantian yang harus ditambah lebih menyiksa
dengan segala tekanan disana sini yang gak bisa gue sebutin karena banyaknya
variabel. Dan akhirnya sampai pada kesimpulan,
Gue udah jenuh. Gue udah
bosan.
Gue udah kewalahan harus
memulai, mengakaji, dan memahami segala materi yang tumpah blah dihadapan gue.
Gue gak tau, harus belajar yang model kayak gimana lagi biar level otak gue
menjadi level yang memenuhi keinginan dari para Perguruan TInggi itu. inilah
keluh kesah dari jeritan pelajar yang menghadapi lompatan besar dalam hidupnya,
menuju babak baru yang belum pernah sekalipun ia mengerti.
Ketertarikan gue terhadap
Fisika turun drastic hingga level 0 dalam grafik kepuasan belajar. Entah, hanya
hari ini saja atau akan berlanjut hingga seterusnya. Ingin hati untuk terus
memperhatikan, tetapi apa daya, otak pun tak lagi sanggup menahan beban yang ia
berusaha pikul. Harus ada pikiran yang ia bagi, ia sandarkan. Dan mungkin,
tidak ada tempat yang lebih baik dalam bercerita keluh dan kesah, susah dan
sedih, risau dan gundah, hanya kepada Tuhan, Allah SWT.
Hingga cerita ini menjadi
tulisan, gue berusaha belajar dari apa yang gue tulis sebelum paragraf ini. Gue
jadi inget kata kata mbak AV, yang udah pernah gue certain sedikit tentang
beliau. Mungkin otak ini butuh istirahat, butuh waktu untuk menyelesaikan
“loading”-nya yang secara paksa kita “End Now” yang akhirnya… pet! Hank.
Memang benar kita diburu
waktu. Saling menyalip antara pelajar satu dengan pelajar lain. Saling beradu
jam belajar siapa yang paling lama, saling beradu siapa yang tidurnya paling
sedikit, saling beradu siapa yang mampu mengerjakan soal paling banyak, dan
saling beradu siapa yang mampu mengalahkan manusia lain yang lebih banyak. Dan
persaingan, dimulai dari sekarang. Eh bukan, dari dulu dulu malahan. Berat ini,
pasti.
Tapi, siapapun anda gak
masalah. Entah anda belajar ato tidak, persiapan ato tidak, gak masalah mungkin
gak berbeda jauh. Yang belajar, kemungkinan masuk dan yang gak belajar
kemungkinan gak masuk. Gak beda jauh kan? Bedanya hanya pada “anda masuk” dan
“anda tidak masuk”, berbeda pada kata ‘tidak’ yang sesungguhnya sedikit beda,
tapi implementasi kehidupanlah yang membuatnya berbeda. Seperti sarung tangan
dan sarung, yang bedanya dikit, tapi kehidupan menjadikannya dua buah benda
berbeda.
Apa sih maksud loe, Mads?
Maksud gue, segala “sesuatu
yang kecil” memiliki kemungkinan untuk menjadi “sesuatu yang besar” dalam
implementasi kehidupan.
“Nggak belajar” itu bedanya
tipis dengan “belajar”. Bedanya ada pada penambahan kata ‘nggak’, yang jika
dikaitkan dengan kontes “ unk SBMPTN” akan menjadi sangat besar pengaruh dan
perbedaannya.
Inipun menjadi nasihat sendiri
bagi gue. Karena, ide diatas barusan seperti terbisikan secara gak sengaja ke
otak gue. Dan gue rasa ini adalah pertanda yang tidak jelek, mungkin menjadi
sebuah respon terhadap suatu rangsangan.
Rangsangan untuk berusaha dan
rangsangan untuk percaya.
Bahwa,
Sesuatu yang kecil, yang ikhlas kita lakukan
akan menjadi hal besar yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya.
Semangat!