Wednesday, May 29

Apa Aku Bisa?

1 comments
Gue bisa gak ya?

Bisikan ini terus dan terus membekas dipikiran gue. Atas semua kegagalan dan perjuangan yang tak kunjung menjanjikan hasil. Berusaha dalam penantian yang harus ditambah lebih menyiksa dengan segala tekanan disana sini yang gak bisa gue sebutin karena banyaknya variabel. Dan akhirnya sampai pada kesimpulan,

Gue udah jenuh. Gue udah bosan.

Gue udah kewalahan harus memulai, mengakaji, dan memahami segala materi yang tumpah blah dihadapan gue. Gue gak tau, harus belajar yang model kayak gimana lagi biar level otak gue menjadi level yang memenuhi keinginan dari para Perguruan TInggi itu. inilah keluh kesah dari jeritan pelajar yang menghadapi lompatan besar dalam hidupnya, menuju babak baru yang belum pernah sekalipun ia mengerti.

Ketertarikan gue terhadap Fisika turun drastic hingga level 0 dalam grafik kepuasan belajar. Entah, hanya hari ini saja atau akan berlanjut hingga seterusnya. Ingin hati untuk terus memperhatikan, tetapi apa daya, otak pun tak lagi sanggup menahan beban yang ia berusaha pikul. Harus ada pikiran yang ia bagi, ia sandarkan. Dan mungkin, tidak ada tempat yang lebih baik dalam bercerita keluh dan kesah, susah dan sedih, risau dan gundah, hanya kepada Tuhan, Allah SWT.

Hingga cerita ini menjadi tulisan, gue berusaha belajar dari apa yang gue tulis sebelum paragraf ini. Gue jadi inget kata kata mbak AV, yang udah pernah gue certain sedikit tentang beliau. Mungkin otak ini butuh istirahat, butuh waktu untuk menyelesaikan “loading”-nya yang secara paksa kita “End Now” yang akhirnya… pet! Hank.

Memang benar kita diburu waktu. Saling menyalip antara pelajar satu dengan pelajar lain. Saling beradu jam belajar siapa yang paling lama, saling beradu siapa yang tidurnya paling sedikit, saling beradu siapa yang mampu mengerjakan soal paling banyak, dan saling beradu siapa yang mampu mengalahkan manusia lain yang lebih banyak. Dan persaingan, dimulai dari sekarang. Eh bukan, dari dulu dulu malahan. Berat ini, pasti.

Tapi, siapapun anda gak masalah. Entah anda belajar ato tidak, persiapan ato tidak, gak masalah mungkin gak berbeda jauh. Yang belajar, kemungkinan masuk dan yang gak belajar kemungkinan gak masuk. Gak beda jauh kan? Bedanya hanya pada “anda masuk” dan “anda tidak masuk”, berbeda pada kata ‘tidak’ yang sesungguhnya sedikit beda, tapi implementasi kehidupanlah yang membuatnya berbeda. Seperti sarung tangan dan sarung, yang bedanya dikit, tapi kehidupan menjadikannya dua buah benda berbeda.

Apa sih maksud loe, Mads?

Maksud gue, segala “sesuatu yang kecil” memiliki kemungkinan untuk menjadi “sesuatu yang besar” dalam implementasi kehidupan.

“Nggak belajar” itu bedanya tipis dengan “belajar”. Bedanya ada pada penambahan kata ‘nggak’, yang jika dikaitkan dengan kontes “ unk SBMPTN” akan menjadi sangat besar pengaruh dan perbedaannya.

Inipun menjadi nasihat sendiri bagi gue. Karena, ide diatas barusan seperti terbisikan secara gak sengaja ke otak gue. Dan gue rasa ini adalah pertanda yang tidak jelek, mungkin menjadi sebuah respon terhadap suatu rangsangan.

Rangsangan untuk berusaha dan rangsangan untuk percaya.

Bahwa,
Sesuatu yang kecil, yang ikhlas kita lakukan akan menjadi hal besar yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya.

One Response so far

  1. Anonymous says:

    Semangat!

Leave a Reply