Baru pagi ini gue bisa bangun pagi dan keluar rumah sejak Senin lalu libur
karena jadwal UTS udah kelar. Mumpung adek gue belum berangkat sekolah, gue pun
inisiatif yang nganter dia kesekolah. Sementara dia siap siap gue mencoba
keluar rumah untuk manasin motor Vario. Dan hawa dingin itu menebus pori pori
kulit.
Seketika, hawa dingin ini mirip banget sama hawa dingin kenangan gue di
Ponorogo, kenangan itu terputar kembali dipikiran gue. Keinget banget sewaktu
gue masih sekolah di SMA dan setiap pagi nganter adek gue ke SD Muhammadiyah. Keinget
banget sewaktu gue dan temen temen YESC persiapan berangkat ke Sarangan sebagai
senior dalam acara English Tour. Waktu itu ada Astana, Juwito, Laksa, Siti,
Cicin dan Evan Indi. Dari inti YESC yang gak ikut waktu itu cuman Satria TW karena
udah ada di IPB.
Dan juga gak kalah jelas yaitu kenangan gue bareng sama Forum for
Indonesia Ponorogo (@FFIDPonorogo) dalam event Baksos Road to Sukorejo.
Ditempat gue inilah yang menjadi basecamp
dari mulai persiapan sampai hari H event berlangsung. Jelas banget ingatan gue
dimana semua volunteer FFI ini
berkumpul diruang tamu dan merapatkan segala konsep. Jelas banget ingatan gue
ketika semuanya sibuk membuat “Papan Mimpi”. Jelas banget ingatan gue ketika para
adek adek volunteer yang baru ikut di
FFI Ponorogo untuk yang pertama kalinya dan mereka juga antusias untuk event
ini dan mereka belajar sulap ke Astana. Jelas banget ingatan gue ketika semua
ditarik patungan untuk membeli
keperluan yang mendadak. Jelas banget ingatan gue banyaknya motor yang parkir
sudut halaman rumah. Jelas banget ingatan gue ketika kita memindahkan barang
barang seperti soundsystem, Papan
Mimpi, dan segala keperluan lain kedalam mobil si Laksa. Jelas banget ingatan
gue sewaktu ada Mas Najih dari Forum for Indonesia Pusat yang bersedia hadir
dan mengikuti perjalanan kita untuk Baksos. Beliau orang Ponorogo asli yang
juga kebetulan pulang ke Ponorogo dan luang untuk ikut acara baksos ini dan
menjadi Executive Board di Forum for Indonesia Pusat dibidang External Affairs.
Jelas banget ingatan gue ketika kami menundukan kepala berdoa bersama,
melakukan tos dan jargon FFI Ponorogo (FFI~,
FOR ME, FOR YOU, FOR INDONESIA !), dan foto bersama sebelum berangkat
menunaikan ibadah. Dan disini juga tempat kami beristirahat sepulang dari
Sukorejo yang ditambah epic lagi karena waktu itu ujan. Dan gue bantu ortu buat
jualin Tahu Ikan dan kawan kawannya yang asli dari Pacitan. Buka stan gitu
ceritanya. Hehehe. Memorable banget pokoknya.
Diperjalanan mengantar adek gue kesekolah pun hawa dinginnya masih
kerasa banget, buat gue, soalnya gue gak kuat dingin dan lebih betah panas dan
hot. Itulah mengapa gue suka cewek seksi yang hot #hlah
Gue pun memutuskan untuk nggak langsung pulang dulu. Gue pun memilih
untuk mengelilingi Ponorogo dan mengingat ingat setiap kejadian yang pernah gue
lakukan ditempat itu. Asik, seneng, galau campur jadi satu. Gue pun melewati
setiap sekolah gue dari SD sampai SMA. Tempat dulu dimana gue kasih kado 3th
Anniversary gue sama Risti, tempat yang jadi rute perjalanan setiap kegiatan
FFI sejak gue awal masuk sampai akhirnya jadi seperti sekarang. Tempat nonton
Kirab Pusaka bareng sobat sobat gue SMA. Rute yang gue laluin ketika ikut jadi
pasukan Kirab Pramuka dan jadi panitia untuk bombing adek adek kelas gue. Lewat
GO (Ganesha Operation) tempat gue les untuk persiapan UN dan SBMPTN. Galau abis
tapi asik. Kalo kalian pengen galau yaa begitu tadi salah satu tips dari gue.
Dan memang beginilah gue. Melankolis- Sensitif. Karena kalo nggak gitu,
gak bakal deh bakal muncul tulisan ini.
Gue yakin, banyak dari kalian yang akan menganggap tulisan ini sampah. Ya
memang begitu, sampah hanya bisa terlihat bermanfaat tergantung siapakah yang
melihat sampah itu. Dan gue tidak memaksa agar setiap orang memiliki sikap itu.
Sikap itu dibentuk dalam waktu yang tidak sebentar dan menjadi “identitas”,
nggak bisa dibohongi dan nggak bisa dipaksa. Sikap ini tumbuh seperti halnya
tumbuhan yang biasa kita lihat. Dari sebuah biji niat yang nanti akan tumbuh
menjadi tunas semangat–keyakinan dan akan menjadi tanaman yang berupa sikap itu
tadi.
Untuk yang pengen nulis tapi gak mau memulai, gue kasih tau sesuatu.
Bukan masalah ketika kamu itu menulis dan tidak ada yang membacanya. Bukan
masalah ketika kamu menulis dan orang orang mencela tulisan kamu. Menulis adalah
proses dan akan terus menjadi proses. Dimana setiap kita berusaha lebih baik dalam
proses, maka proses itu akan terus bergerak kearah yang lebih baik juga.
Yang paling penting dalam menulis menurut gue adalah,
Apa yang pengen banget kamu tulis, sudah kamu tulis. Menulislah karena
ingin menulis dan segera tulislah jika memang ingin kamu tulis. Bagaimana bisa
kalian disebut menulis kalo tidak ada tulisannya? Aneh kan?
Dan nggak masalah bagi gue jika banyak orang yang gak suka menulis, itu
wajar sama seperti halnya selera yang berbeda beda.
Hanya saja, bagi sebagian orang, menulis adalah terapi dengan dirinya
sendiri. Terapi dengan dirinya sendiri yang menjadikannya lebih tenang, damai,
dan nyaman menjadi dirinya sendiri.
Dan jika anda menemukan kesampahan dalam tulisan saya ini dan ingin hati
dari anda untuk menghina saya, mohon jangan dilakukan. Namun, jika keinginan
anda agar memperbaiki agar tulisan saya ini lebih baik untuk kedepannya, saya
akan senang sekali mendapat respon dari anda.
*ini kenapa ganti pakek “saya” ya? Kebawa serius jadinya -,-“
OK deh. Yang pengen gue tulis sudah tertuliskan. Kini saatnya pamit.
Salam tulis menulis sob :)
