Tuesday, December 3

Case Closed

0 comments
Banyak sekali hal yang gue pikirin selama gue gak nulis. Dan pikiran itu jadi sebuah kebingungan baru, “gimana nulisnya ya?” dan hingga akhirnya gue lupa … perlahan lahan. Tapi disini sekarang gue ingin banget buat ngeluarin semuanya dalam tulisan. Yup. Metode menulis gue memang cukup tidak biasa atau mungkin terlalu biasa karena isinya sebagian besar adalah curhatan curhatan.

Kita mulai yah…

Dimulai dengan kembalinya gue ke Jogja setelah gue menghabiskan waktu seminggu gue waktu liburan dulu di Ponorogo tercinta. Gue melakukan perjalanan Ponorogo – Jogja untuk kesekian kalinya. Ke 5 kalo gak salah, tapi lupa pastinya. Dan Alhamdulillah touchdown dengan penuh rasa suka cita dan capek.

Waktu di Ponorogo menjelang keberangkatan ke Jogja gue sedang dalam keadaan galau. Galau karena ada beberapa “tanggungan” yang belum pernah gue sentuh apalagi untuk diselesaikan. Salah satunya yang paling menonjol adalah karena gue bolos buat latihan paduan suara selama 3 hari dimana 3 hari latihan itu ada pada saat seminggu gue libur dan berada di Ponorogo. Gue tipikal orang yang gampang banget merasa bersalah akan komitmen yang gue buat sendiri. Dan itu bikin gue stress seperti halnya seorang perfeksionis yang sangat ambisius NAMUN belum memulai mengerjakan tugasnya dengan deadline. WOW sensasinya. Tapi justru inilah yang menjadi tenaga bagi gue untuk segera “menebus” ketertinggalan gue dan “membayar” komitmen yang sudah gue buat. Ikut di Paduan Suara “Miracle Voice” adalah impian karir gue. Dan apakah gue harus gak bersyukur seperti dikisah tulisan gue AND NOW JUST LOOK AT YOU yang dulu? Definitely, NO!

Dan akhirnya gue pun datang pada latihan perdana kedua setelah 2 minggu vacuum latihan. Minggu pertama karena ada jadwal UTS yang menduduki prioritas pertama dan minggu kedua adalah karena gue ada dikampung halaman tercinta Ponorogo dan terpisah jarang yang cukup jauh yang sangat tidak memungkinkan untuk datang latihan.

Gue pun meminta maaf. Ya, lebih baik meminta maaf, jujur sekarang dari pada jujur dan minta maaf nanti karena toh endingnya juga minta maaf juga. Gue minta maaf untuk bolosnya gue kagak latihan Padusa karena ada dikampung halaman. Dan benar, lebih baik ngomong sekarang karena mereka lebih bersedia menerima daripada dibohongi dengan komitmen palsu.

Kisah pertama, terselesaikan.

Tanggung kedua gue setelah bolos padusa adalah belum mulainya project film gue (tugas bahasa Inggris – red) yang gue jadi penulis seluruh ceritanya tapi belum gue laporkan kepara pemainnya. Dan hari ketemu untuk membahas film pun datang. Dan yang lebih “special” lagi adalah tepatnya prediksi gue kalau naskah film yang totalnya ada 10 lembar, tidak jadi dipakai. Iya, nggak jadi. Pemakaian ide gue hanya sebatas 30% dari 102% tenaga yang gue kerahkan untuk ngerjain ini naskah di PONOROGO. Bayangin tuh, mana ada orang yang dalam liburannya masih mau dengan sukarela ngerjain naskah film sendiri dan ketika gue minta bantuan ide, yaa cuman standart standart aja.

Tapi itu bukan masalah bagi gue yang udah siap dengan hal itu karena emang materi naskah gue lumayan berat dengan kru tim dalam pembuatan film yang masih biasa aja bahkan levelnya masih bisa dibilang beginner karena semuanya nggak punya basic diperfilman. Yang paling penting bagi gue adalah ide dari film yang akan kami buat ini adalah hasil kesepakatan dan muncul dari pemikiran bersama. Anggap aja naskah yang gue bikin kemaren adalah stimulasi agar semuanya bisa mencurahkan ide idenya disana.

Yaaa tapi yang namanya manusia, gue pasti agak sedikit kecewa lah. Susah susah bikin, sendiri pula, eh suruh ngganti semuanya. Tapi Alhamdulillah ada hikmah lain dari sana. Tuhan memang terlihat sekali sedang menghibur hambanya ini :)

Dan setelah ide terkumpul menjadi kristal naskah film, pembuatan pun dimulai dan bahkan masih berlangsung hingga minggu ini. Satu lagi kasus, terselesaikan.

Kasus ketiga ini lumayan menyita pikiran gue. Karena rasa bersalah itu besar banget. Gue seperti halnya pemberi harapan palsu.

Ceritanya ketika gue dikenalkan dengan satu organisasi eksternal yang ada di Jogja. Bukan FFI lho tapi, beda lagi. Nah gue awalnya diajakin ama senior gue dan gue memang menaruh minat disana. Gue pun mencoba ikut dan OK, gue lumayan cocok. Masalahnya adalah gue gak bisa untuk komitmen disini secara full tapi senior gue berusaha membujuk gue. “gapapa dimas. Nanti atur aja waktu, pasti bisa” bilangnya. Dan gue pun mengiyakan. Gue berusaha lagi untuk ikut disana.

Tapi hasilnya, bener banget kalo gak maksimal. Gak maksimal.

Dan hal inilah yang bikin gue merasa sungkan. Gue putuskan deh untuk ngobrol dan berusaha menjelaskan kalau ada karir lain yang lebih menarik dan lebih gue proritaskan. Kuliah, menjadi bagian yang sangat gue prioritaskan.

Bagi gue, mahasiswa itu adalah mahasiswa yang seharusnya tidak betah terus terusan menjadi mahasiswa. Mahasiswa itu harus sesegera mungkin lulus dengan cemerlang dan sukses. Yang dalam sukses itu, kita kembali melakukan kegiatan yang cakupannya lebih luas dan berpengaruh dibandingkan dengan saat kita kuliah. Sesegera mungkin kita menjadi apa yang kita cita citakan dalam karir. Salah satunya adalah mencari uang, memang. Tapi apakah itu salah? Masak sih kita mau terus terusan minta uang dari orang tua kita? Yaa nggak laah..

Mencari uang itu hanya salah satunya saja namun yang juga penting adalah seberapa besarkah kita mempengaruhi orang lain dalam karir yang kita pilih tersebut.

Kita bisa sesegera mungkin menjadi dokter yang baik dan professional dalam menangani pasiennya. Kita bisa menjadi akuntan yang mampu mengelola uang dengan baik. Memegang jabatan yang cukup tinggi dalam perusahaan. Mengubah situasi politik dan nuansa hukum yang sedang krisis kepercayaan. Menjadi guru yang mendidik muridnya sebaik mungkin. Banyak sekali hal yang bisa dilakukan. Dan juga, kita bisa menjadi bukti dari yang selalu kita tuntutkan kepada orang lain.

Gue pun berniatan untuk bertemu dan ngobrol secara sangat terbuka dan mohon banget untuk mengerti kondisi gue. Dan Tuhan langsung lah yang mempertemukan kami. Kami bertemu dalam kondisi yang gak pernah gue bayangkan bakal ketemu, lalu disanalah gue menjelaskan. Alhamdulillah beliau menerimanya. Beliau pun juga merasa lebih baik jika ada hal yang mengganjal lalu diceritakan secara baik baik juga.
3 masalah paling besar, terlewati dengan penuh bantuan dari Tuhan, Allah SWT :)

Dan hari ini. Semalam, lebih tepatnya. Gue bangun dengan segala rindu.

Rindu.

Yang bisa juga disebut kangen.

Semalem, gue mimpi ketemu kakak gue yang membina dan ngebantu gue yang akhirnya seperti sekarang ini. Beliau pernah gue tulis dalam beberapa tulisan gue, mbak AVE mentor Bahasa Indonesia dari Ganesha Operation Ponorogo dan kakak bagi gue.

Ceritanya gue ada disuatu tempat yang berlorong gitu. Berlorong mirip banget seperti di GO Ponorogo. Ceritanya gue ada disalah satu ruang yang ada dilorong itu. Dari kejauhan, jelas banget suara nada Sopran mbak Ave teriak teriak menuju ujung lorong yang lain. Dan disaat itu gue sadar kalo gue lagi mimpi.

Mbak Ave pun berjalan keujung yang lain dan semakin mendekat keruang tempat gue berada. Dan semakin gue sadar kalo gue mimpi disini. Gue pun berpikir, kalau bukan dimimpi ini maka kapan lagi gue bakal ketemu orang paling freak di GO ini. Gue pun berinisiatif mengagetkan dia dari balik pintu.

And, that’s really her. That’s really you, mbak AVE. As clear as crystal clear.

Kami berdua berteriak. Gue teriak buat ngagetin beliau dan beliau teriak karena kaget gue kagetin #nahlho

Dan refleks, dalam mimpi gue gue peluk mbak Ave. Sesayang dan sekangen seorang adik yang meluk kakaknya. Gue tau banget perasaan ini, karena gue sendiri juga merasakan hal yang sama ketika harus pisah pertama kalinya sama adek gue yang juga pernah gue tulis sebelumnya.

Gue lupa gue ngomong apa aja ke dia.

Saking bahagianya gue :”)

Mungkin kalau mbak Ave baca tulisan aku ini, cuman pengen bilang kalo …

Adekmu ini kangen dirimu :”) hehehe. Moga moga liburan nanti bisa buruan ketemu ya. Sama temen temen 3 IPA R 5. Mereka adalah teman satu kelas gue di GO.

Udah ah! Jadi berair gini mata gue… :’)

Makasih banget ya Wahai Allah, Tuhanku yang Maha Penyayang. Karena udah kasih kesempatan buat ketemu kakak gue, walaupun hanya dalam mimpi.

Makasih banyak Tuhan :’)



فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan? 

Surah Ar Rahman

Leave a Reply