Banyak sekali
hal yang gue pikirin selama gue gak nulis. Dan pikiran itu jadi sebuah
kebingungan baru, “gimana nulisnya ya?” dan hingga akhirnya gue lupa … perlahan
lahan. Tapi disini sekarang gue ingin banget buat ngeluarin semuanya dalam
tulisan. Yup. Metode menulis gue memang cukup tidak biasa atau mungkin terlalu
biasa karena isinya sebagian besar adalah curhatan curhatan.
Kita mulai
yah…
Dimulai
dengan kembalinya gue ke Jogja setelah gue menghabiskan waktu seminggu gue
waktu liburan dulu di Ponorogo tercinta. Gue melakukan perjalanan Ponorogo –
Jogja untuk kesekian kalinya. Ke 5 kalo gak salah, tapi lupa pastinya. Dan Alhamdulillah
touchdown dengan penuh rasa suka cita
dan capek.
Waktu di
Ponorogo menjelang keberangkatan ke Jogja gue sedang dalam keadaan galau. Galau
karena ada beberapa “tanggungan” yang belum pernah gue sentuh apalagi untuk
diselesaikan. Salah satunya yang paling menonjol adalah karena gue bolos buat
latihan paduan suara selama 3 hari dimana 3 hari latihan itu ada pada saat
seminggu gue libur dan berada di Ponorogo. Gue tipikal orang yang gampang
banget merasa bersalah akan komitmen yang gue buat sendiri. Dan itu bikin gue
stress seperti halnya seorang perfeksionis yang sangat ambisius NAMUN belum
memulai mengerjakan tugasnya dengan deadline.
WOW sensasinya. Tapi justru inilah yang menjadi tenaga bagi gue untuk segera “menebus”
ketertinggalan gue dan “membayar” komitmen yang sudah gue buat. Ikut di Paduan
Suara “Miracle Voice” adalah impian karir gue. Dan apakah gue harus gak
bersyukur seperti dikisah tulisan gue AND NOW JUST LOOK AT YOU yang dulu? Definitely, NO!
Dan akhirnya
gue pun datang pada latihan perdana kedua setelah 2 minggu vacuum latihan. Minggu pertama karena ada jadwal UTS yang menduduki
prioritas pertama dan minggu kedua adalah karena gue ada dikampung halaman
tercinta Ponorogo dan terpisah jarang yang cukup jauh yang sangat tidak
memungkinkan untuk datang latihan.
Gue pun
meminta maaf. Ya, lebih baik meminta maaf, jujur sekarang dari pada jujur dan
minta maaf nanti karena toh endingnya juga minta maaf juga. Gue minta maaf
untuk bolosnya gue kagak latihan Padusa karena ada dikampung halaman. Dan benar,
lebih baik ngomong sekarang karena mereka lebih bersedia menerima daripada
dibohongi dengan komitmen palsu.
Kisah
pertama, terselesaikan.
Tanggung
kedua gue setelah bolos padusa adalah belum mulainya project film gue (tugas bahasa Inggris – red) yang gue jadi penulis
seluruh ceritanya tapi belum gue laporkan kepara pemainnya. Dan hari ketemu
untuk membahas film pun datang. Dan yang lebih “special” lagi adalah tepatnya
prediksi gue kalau naskah film yang totalnya ada 10 lembar, tidak jadi dipakai.
Iya, nggak jadi. Pemakaian ide gue hanya sebatas 30% dari 102% tenaga yang gue
kerahkan untuk ngerjain ini naskah di PONOROGO. Bayangin tuh, mana ada orang
yang dalam liburannya masih mau dengan sukarela ngerjain naskah film sendiri
dan ketika gue minta bantuan ide, yaa cuman standart standart aja.
Tapi itu
bukan masalah bagi gue yang udah siap dengan hal itu karena emang materi naskah
gue lumayan berat dengan kru tim dalam pembuatan film yang masih biasa aja
bahkan levelnya masih bisa dibilang beginner
karena semuanya nggak punya basic diperfilman.
Yang paling penting bagi gue adalah ide dari film yang akan kami buat ini
adalah hasil kesepakatan dan muncul dari pemikiran bersama. Anggap aja naskah
yang gue bikin kemaren adalah stimulasi agar semuanya bisa mencurahkan ide
idenya disana.
Yaaa tapi
yang namanya manusia, gue pasti agak sedikit kecewa lah. Susah susah bikin,
sendiri pula, eh suruh ngganti semuanya. Tapi Alhamdulillah ada hikmah lain
dari sana. Tuhan memang terlihat sekali sedang menghibur hambanya ini :)
Dan setelah
ide terkumpul menjadi kristal naskah film, pembuatan pun dimulai dan bahkan
masih berlangsung hingga minggu ini. Satu lagi kasus, terselesaikan.
Kasus ketiga
ini lumayan menyita pikiran gue. Karena rasa bersalah itu besar banget. Gue seperti
halnya pemberi harapan palsu.
Ceritanya ketika
gue dikenalkan dengan satu organisasi eksternal yang ada di Jogja. Bukan FFI
lho tapi, beda lagi. Nah gue awalnya diajakin ama senior gue dan gue memang
menaruh minat disana. Gue pun mencoba ikut dan OK, gue lumayan cocok. Masalahnya
adalah gue gak bisa untuk komitmen disini secara full tapi senior gue berusaha
membujuk gue. “gapapa dimas. Nanti atur aja waktu, pasti bisa” bilangnya. Dan gue
pun mengiyakan. Gue berusaha lagi untuk ikut disana.
Tapi hasilnya,
bener banget kalo gak maksimal. Gak maksimal.
Dan hal
inilah yang bikin gue merasa sungkan. Gue putuskan deh untuk ngobrol dan
berusaha menjelaskan kalau ada karir lain yang lebih menarik dan lebih gue
proritaskan. Kuliah, menjadi bagian yang sangat
gue prioritaskan.
Bagi gue,
mahasiswa itu adalah mahasiswa yang seharusnya tidak betah terus terusan menjadi mahasiswa. Mahasiswa itu harus
sesegera mungkin lulus dengan cemerlang dan sukses. Yang dalam sukses itu, kita
kembali melakukan kegiatan yang cakupannya lebih luas dan berpengaruh
dibandingkan dengan saat kita kuliah. Sesegera mungkin kita menjadi apa yang
kita cita citakan dalam karir. Salah satunya adalah mencari uang, memang. Tapi apakah
itu salah? Masak sih kita mau terus terusan minta uang dari orang tua kita? Yaa
nggak laah..
Mencari uang
itu hanya salah satunya saja namun yang juga penting adalah seberapa besarkah
kita mempengaruhi orang lain dalam karir yang kita pilih tersebut.
Kita bisa
sesegera mungkin menjadi dokter yang baik dan professional dalam menangani
pasiennya. Kita bisa menjadi akuntan yang mampu mengelola uang dengan baik. Memegang
jabatan yang cukup tinggi dalam perusahaan. Mengubah situasi politik dan nuansa
hukum yang sedang krisis kepercayaan. Menjadi guru yang mendidik muridnya
sebaik mungkin. Banyak sekali hal yang bisa dilakukan. Dan juga, kita bisa menjadi bukti dari yang selalu
kita tuntutkan kepada orang lain.
Gue pun
berniatan untuk bertemu dan ngobrol secara sangat terbuka dan mohon banget
untuk mengerti kondisi gue. Dan Tuhan langsung lah yang mempertemukan kami. Kami
bertemu dalam kondisi yang gak pernah gue bayangkan bakal ketemu, lalu
disanalah gue menjelaskan. Alhamdulillah beliau menerimanya. Beliau pun juga
merasa lebih baik jika ada hal yang mengganjal lalu diceritakan secara baik
baik juga.
3 masalah
paling besar, terlewati dengan penuh bantuan dari Tuhan, Allah SWT :)
Dan hari ini.
Semalam, lebih tepatnya. Gue bangun dengan segala rindu.
Rindu.
Yang bisa
juga disebut kangen.
Semalem, gue
mimpi ketemu kakak gue yang membina dan ngebantu gue yang akhirnya seperti
sekarang ini. Beliau pernah gue tulis dalam beberapa tulisan gue, mbak AVE
mentor Bahasa Indonesia dari Ganesha Operation Ponorogo dan kakak bagi gue.
Ceritanya gue
ada disuatu tempat yang berlorong gitu. Berlorong mirip banget seperti di GO
Ponorogo. Ceritanya gue ada disalah satu ruang yang ada dilorong itu. Dari
kejauhan, jelas banget suara nada Sopran mbak Ave teriak teriak menuju ujung
lorong yang lain. Dan disaat itu gue sadar kalo gue lagi mimpi.
Mbak Ave pun
berjalan keujung yang lain dan semakin mendekat keruang tempat gue berada. Dan semakin
gue sadar kalo gue mimpi disini. Gue pun berpikir, kalau bukan dimimpi ini maka
kapan lagi gue bakal ketemu orang paling freak
di GO ini. Gue pun berinisiatif mengagetkan dia dari balik pintu.
And, that’s really her. That’s really you, mbak AVE. As clear as crystal
clear.
Kami berdua
berteriak. Gue teriak buat ngagetin beliau dan beliau teriak karena kaget gue
kagetin #nahlho
Dan refleks,
dalam mimpi gue gue peluk mbak Ave. Sesayang dan sekangen seorang adik yang
meluk kakaknya. Gue tau banget perasaan ini, karena gue sendiri juga merasakan
hal yang sama ketika harus pisah pertama kalinya sama adek gue yang juga pernah
gue tulis sebelumnya.
Gue lupa gue
ngomong apa aja ke dia.
Saking bahagianya
gue :”)
Mungkin kalau
mbak Ave baca tulisan aku ini, cuman pengen bilang kalo …
Adekmu ini
kangen dirimu :”) hehehe. Moga moga liburan nanti bisa buruan ketemu ya. Sama
temen temen 3 IPA R 5. Mereka adalah teman satu kelas gue di GO.
Udah ah! Jadi
berair gini mata gue… :’)
Makasih banget
ya Wahai Allah, Tuhanku yang Maha Penyayang. Karena udah kasih kesempatan buat
ketemu kakak gue, walaupun hanya dalam mimpi.
Makasih
banyak Tuhan :’)
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?
Surah Ar Rahman
