Sunday, December 20

Aku pun Ingin Memboncengmu, Mar

1 comments

Siapa sangka, malam menjelang akhir tahun akan segetir ini.
Dan dalam kegetiran itu
Tersimpan,
kemerduan.
***

Lelah,
Badan ini seakan berontak tak mampu lagi memenuhi tuntutan
Berkesenian dua kali dalam 1440 menit
Lelah memang
Tetapi, apakah ada lelah yang tak meluntur merasakan malam 20 Desember ini?
Malam yang mungkin hanya datang sebulan sekali,
itu pun jika Dia mengijinkan.

Pukul 11 malam, ku susuri Jalan Maguwoharjo, meninggalkanmu dibelakang dalam kerumunan
Berusaha mengejar rombongan, namun tak sampai
Hingga akhirnya kalian mendahuluiku.
Duh, Mar.
Bilang pada sopirmu itu untuk lebih pelan,
nyawamu tiada sebanding dengan segala keterburuan untuk segera ke peraduan.
Aku tiada bisa selain dibelakangmu
Menjaga

Mar,
Malam begitu dingin sewaktu kita menyusuri Jalan Ring Road.
Untunglah ada supirmu yang masih menghadang angin dingin nan menyesak
Aku?
Tentu sendirian,
gemetar mengikhlaskan dingin membuat gigiku bergemeretak

Malam begitu merdu melukiskan kesendirian
Gurat awan samar jelas terpantul cahaya bulan yang setengah penuh.
Dan kau, Mar,
Aku saksikan tenang dalam boncengannya.

Aku  sebenarnya sudah terbiasa, menikmati malam dalam sendiri
Aku bahkan yakin
Tidak ada yang lebih mendamaikan ketika sendiri
Tapi tadi, Mar
Embuh piye, bisa bisanya kamu mengganggu
Mengganggu lamunanku
Lamunan akan kesendirian
dengan geraian rambutmu yang terbang diterpa angin
dengan berkas ringkih kecil badanmu terbalut jaket ungu

Apalah aku ini, lelaki yang tak kuasa mengendalikan hati
Yang biasa garang melawan padatnya Jalan Afandi,
Malam ini ikhlas berjalan lambat menuruti batas kecepatan
Sebatas ingin lebih lama
Menyaksikanmu dalam boncengan

Dalam dingin,
Lewat rembulan,
Melalui desing kenalpot Ninja yang tadi aku salip
Diam diam aku berharap


Aku pun ingin memboncengmu, Mar

One Response so far

  1. cafe says:

    sama... aku juga pengen membonceng mu. hihihi

Leave a Reply