Selalu menjadi kesalahan
klasik bagiku, ketika aku kemudian jatuh cinta, responku selalu tak terkendali.
Mengira semuanya selalu sesuai dengan rencana, bahwa “lawan”ku pun juga jatuh
cinta padaku.
Jika kisah yang sekarang
berusaha aku bangun adalah kembali kepada kegagalan, maka ini adalah
kegagalanku untuk yang ke-5 kalinya. Menjadi kegagalan paling singkat dalam
sejarah membangun relationship.
Sialan memang.
Tetapi,
Untungnya aku sungguh sangat
mengenali diriku sendiri. Aku sangat paham bahwa “respon meledak ledak” ku ini
sangat nyaris tidak mungkin diredam. Sehingga, aku kemudian berusaha mencari
jalan lain untuk mempersempit daripada kemungkinan terburuk yang lebih besar.
Dengan cara: harus lebih cepat move on
serta membiasakan diri dengan kemungkinan terburuk -> di tolak mentah
mentah.
Yaa, mau bagaimana lagi. Aku
laki laki. Yang harus menjadi pihak yang selalu “mendahului” dalam sebuah
sistem relationship di Indonesia.
Mendahulu mendekati, mendahului mengajak bicara, mendahului mengajak kencan,
dan mendahulu menyatakan perasaan.
Dan laki laki yang tidak
memahami posisi ini akan sulit untuk kedepannya.
Aku bukan orang yang takut
gagal. Tetapi kepekaanku terhadap ambang kegagalan sudah demikian terlatih.
Tidak mudah. Aku harus
merasakan pengabaian yang sering dari setiap cerita yang aku usahkan untuk
skenariokan.
Tapi tak apa. Aku tegaskan,
aku laki laki.
Aku harus begitu smart untuk jatuh cinta. Bukan kemudian
menunggu keajaiban menunggu dalam diam, tanpa usaha.
Dalam setiap menungguku, aku
harus kemudian selalu berkembang.
Hingga dalam penantian yang
sibuk itu, setiap laki laki yang baik akan dipertemukan dengan perempuan yang
baik.
Begitu juga sebaliknya.
