Sunday, October 6

Menikmati Malam Jogja

0 comments
4 Oktober 2013

Ini cerita kemaren tanggal 4 Oktober yang baru bisa gue tulis sekarang karena lagi repot. Salah satunya repot persiapan tampil REOG di Monumen Serangan Umum 11 Maret di KM 0 Jalan Malioboro, dan itu diadakan pada tanggal 5 Oktober. Itulah mengapa ini menjadi sebuah late-post.

Alkisah, 4 Pujangga Jomblo ditolak Cinta (kecuali Manggala, yang sudah taken) sedang boring dikosan. 3 manusia kurang beruntung dan 1 lagi yang statusnya masih belum jelas antara “digantung” ato emang sudah taken, ini pengeen banget maen keliling Jogja, terutama ke Alon Alon Kidul ato biasa disingkat Al-Kid and ke Tugu KM 0. Laksa, Krisdianto, Manggala, dan gue-lah manusia “pengangguran” itu, tapi kalo ke Al-Kid and Tugu KM 0 gue udah pernah kesana sih tapi mereka bertiga belum pernah. Dan sepertinya karena gue yang paling tau jalannya, akhirnya kita berangkat dengan gue sebagai penunjuk jalannya. Ini weird banget loh. Soalnya, dalam sejarah hidup gue, gue adalah orang yang paling susah buat ngafalin jalan, alhasil gue sering banget nyasar. Dan kebiasaan gue ini masih berlanjut hingga H+7 setiba gue di Jogja ini. Dan Alhamdulillah, setelah mengikuti terapi diklinik Kho Tang, kebiasaan nyasar gue sudah mulai mereda. Terima kasih klinik Kho Tang.

Tapi, sepertinya “penyakit” ini kumat lagi deh.

Ceritanya gini. Untuk temen temen yang bacanya sambil berdiri, silakan cari tempat yang PW (posisis wuenak) sebelum baca ya. Sudah? Oke yuk mari.

Kosan gue ini ada di Jalan Kaliwaru 96 Gejayan Yogyakarta. Yang pengen main silakan, selama kalian bukan pocong, kuntilanak, dan sebangsanya. Dan jarak menuju ke Alon Alon Kidul sekitar emm brapa ya.. Cukup jauh sih. Ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit dengan kepadatan kendaraan yang membuat kita berlari dengan kecepatan 40-50km/jam. Yaa berarti sekitar 15 km-an lah ya. Petunjuk yang paling enak buat ke kosan gue, didepan gang masuk ada pohon beringin besar dan diseberangnya ada plang Ayam Penyet Surabaya yang lumayan gedhe. Nah, keluar dari gang itu, kita kearah selatan (belok kiri) kearah pertigaan UNY. Nah dari situ masih lurus terus sampek pertigaan Gejayan dan belok kanan (barat). Jika kalian melihat ada XXI disebelah kiri jalan, maka anda melalui laju yang tepat. Sesudah itu, kami melewati 3 traffic light dan ditraffic light ke 3 kita belok kiri (selatan). Jika dipertigaan ke 3 kalian bertemu dengan sebuah tugu dan disana ada lumayan banyak orang yang berfoto foto dan jalannya bukan dari aspal melainkan sejenis batu, maka jalan yang kaloan lewati benar. Dari jalan ini, kalian tinggal ikuti jalan aja. Karena diakhir jalan itu, kalian akan melihat plang Malioboro lagi dan jalan Malioboro juga udah kelihatan. Jalan Malioboro itu diberlakukan jalan satu arah dan arah kami datang ini adalah arah yang benar. Kearah selatan pokoknya lajurnya. Dan namanya jalan Malioboro, banyak sekali para penjual disana dan menjual apapun. Bukan hanya penjual saja, sewaktu kami melewati jalan itu, juga ada seniman jalanan menjajakan kemampuan mereka memainkan alat alat perkusi dan angklung. Lagunya juga lumayan asik kok. Dan hal ini jugalah yang menjadi daya tarik yang menarik untuk disaksikan dan dinikmati. Hollah~

Dihampir ujung jalan Malioboro, disebelah kiri nanti akan ada sebuah monument dengan latar yang cukup luas dan disanalah Manggolo Mudho akan beraksi keesokan malam harinya. Dan ketika kalian bertemu rambu lalu lintas lagi kalian masih lurus saja. Ingat! Kita menuju ke Alon Alon Kidul, buat yang nggak ngerti, Kidul itu adalah bahasa Jawanya Selatan. Jadi, patuh aja sama patokan Selatan itu tadi. Walaupun memang setelah kalian lurus terus melewati lampu bang-jo (abang ijo alias lampu lalu lintas) kalian akan bertemu juga dengan Alon Alon dengan 2 pohon ditengahnya. Tapi itu bukan destinasi kita, karena itu masih Alon Alon Utara, jadi belok kakanan ya kawan. Ikutilah jalannya dan nanti kalau ada jalan masuk yang menuju kearah selatan, ikuti saja.

Nah disinilah permasalahan dimulai.

Dijalan jalan kecil inilah ingatan gue menuju Alon Alon Kidul mulai hilang dan luntur tak berbekas. Tapi, INGET kita menuju ke SELATAN. So, gue arahin sopir gue (waktu itu yang nyetir si Laksa. Ini nama orang, bukan nama makanan lho, cuy) untuk terus mengikuti jalur SELAMA MASIH MENUJU KESELATAN dan sisanya … Insting.

Dan …

Hollah! Sampailah kita di Alon Alon Kidul yang 2 kali lebih ramai daripada Alon Alon Utara. Dan jika kalian menemukan lebih banyak Becak Cintanya, ah sampai di Alon Alon Kidul, Selamat~
********************************************************

Setelah parkir motor, bayar parkir dan sebagainya. Kami memutuskan untuk muter muter dulu dan … nyari toilet. Setelah ketemu yang jadinya pergi ketoilet cuman gue doang. Setelah gue tanya, ternyata karena biaya toilet disana mencapai 2000 rupaih hanya untuk kencing saja. Melihat harga yang melambung, ternyata seketika itu juga rasa pengen buang air kecilnya hilang. Fenomena yang aneh dan langka ya -,-“

Habis muter muter, kami memutuskan untuk mencoba wedang ronde, minuman yang khas Jogja. Jadi, Jogja feel-nya tuh kerasa banget. Setelah berunding kami berempat pesan 2 cangkir ronde. Biasa anak kos, hemat beb.

Wedang Ronde ini unyu dan asik. Isiannya, ada kolang kaling, kacang goreng, irisan tipis roti tawar dan yang paling enak, si Ronde ini. Ronde bentuknya bulet mirip klepon dan kenyal yang terbuat dari tepung ketan dan diisi dengan cincangan kasar dari kacang lalu disiram dengan wedang jahe hangat. Rasanya? Mak nyuss~ Pengen? makanya ke Jogja broo dan Sistaa :)

Serunya lagi nih. Sewaktu kita lagi asik asik menikmati wedang ronde ada pengamen datang. Eits, pengamen bukan sembarang pengamen, mereka mengamen dengan cara, main sulap. Nah gitu emang kalo di Jogja. Kamu gak perlu mencari hiburan, tapi hiburan lah yang menghampiri kamu.

Sulapnya lumayan oke kok. Tapi karena gue juga bisa beberapa trik sulap yaa ada beberapa yang udah gue tau caranya. Tapi, tetep menghibur kok.

Nah, ada pengalaman yang unik juga nih.

Ceritanya, ada mbak mbak SPG yang menawarkan produknya. Waktu itu beliau bawa produk rokok. Nah temen gue yang namanya Krisdianto ni emang lumayan usil and ada ada aja kerjaannya. Diajakin deh tu si mbak ngalor ngidul dengan teknik “nanya jalan” yang dikolaborasikan ama teknik “sok kenal sok dekat”. Nanyain sekolah dimana, rumahnya dimana, sudah sejak kapan jadi SPG, berapa keuntungannya, jam berapa pulangnya, dan hal yang gak bisa gue pahami -,-“. Setelah lamaaa ngobrol, nggak pantes kan kalo gak beli produknya. Tapi karena alasan dompet, dari produk yang ditawarin dijual 2 rokok dengan 1 korek api seharga 25 ribu, cuman jadi beli 1 rokok yang seharga 10ribu. Setelah ditanya kenapa jadi beli, karena mbaknya manis jawabnya enteng. Idiw!

Baru deh. Keacara paling utamanya. Mencoba melewati 2 pohon beringin dengan mata tertutup.

Yupz! Inilah hiburan yang paling dicari dan diburu para wisatawan lokal. Kepercayaan setempat percaya jikalau kamu berhasil melewati tengah antara 2 pohon dengan mata tertutup maka pemintaan kita akan terkabulkan. Dan peserta pertama kita adalah :Laksa.

Karena terisnpirasi dan terobsesi dengan Jalan Jalan Men! si Laksa ini mencoba menyamai gaya Jebraw yaitu, dengan melewati Pohon Beringin itu dengan berlari. Ya, berlari. Dan berlarilah ia. Tapi inget, dia berlari dengan mata tertutup, dan seharusnya gue yang juga ikutan mendampingi untuk ‘menyediakan jalan’, gak sempat. Alhasil, nabraklah ia pada seorang perempuan. Dan tau gak, tu perempuan sampek mental entah karena saking cepatnya si Laksa lari ato memang Laksa badannya jadi lebih besar dari sebelumnya. Nggak cukup nabrak cewek itu aja, Laksa pun menabrak pagar yang mengelilingi  pohon beringin itu. Bough!! Auwh, pasti sakit. Sampek pusing segala lagi tu orang. Kasian.

Dan peserta kedua : Krisdianto.

Berbeda dengan peserta pertama, peserta ini memutuskan untuk berjalan saja. “.. Slow and low but perfecto~.. “ Dimas MADS (gue). Dan, mulai deh dia jalan. Jalannya si Krisdianto ini udah bener hingga 1/3 jalan tapi yahh mencong deh keluar lintasan yang seharusnya.

Perserta ketiga : Manggala.

Sama seperti peserta kedua, Manggala memilih berjalan. Bedanya, si Manggala ini malah nari ala Pencak Silat dan jalur yang dilaluinya membentuk huruf U dan hampir nabrak penjual mainan yang ada disekitar kawasan Alon Alon.

Peserta terakhir: Gue.

Karena ngeri dengan adegan nabrak pagar, gue putuskan untuk jalan juga. Ini kali kedua gue mencobanya. Dan ternyata, masih gagal juga -,-“

Malam pun semakin larut. Kami ber.4 memutuskan untuk pulang saja. tapi masih kurang puas, kami putuskan untuk foto foto Tugu KM 0. Entah karena kepulangan kita tidak direstui ato gimana, kami harus mengalami peristiwa ‘lupa parkir motor dimana’. Analoginya, kita ber.4 nyari nyari motor di bagian sebelah barat padahal tadi diparkir disebelah utara, paling pojok pula. Olahraga lagii.

Setelah keluar area Alon Alon, ini kenapa jalannya jadi beda ya? Penyakit lupa jalan gue kambuh!! Setelah muter muter dan ketemu jalan besar, kami malah semakin nyasar. Nyasar kedaerah Bantul bagian pemukiman warga. Dan itu ternyata lumayan jauh bro -,-“

GPS-nya Laksa kurang begitu membantu saat itu.

Dan disaat tergenting inilah, Krisdianto jadi inget jalan. Heroik banget yah

Setelah 15 menit keluar dari area nyasar sampai juga di Tugu KM 0. Ayooo Hunting Fotoo.

Dan, lumayan apik sih hasilnya. Tapi, gue saranin untuk lebih hati hati kalo foto ditengah Tugu, kalo kalian pada lengah, bisa disamber mobil dari belakang. Yaa gue ini salah satunya.

Foto foto keren udah ada dihape gue, lanjutlah kita makan. Dan karena di Jogja kita putuskan untuk mencoba Gudeg walaupun gue sebenernya suka mual kalo makan yang manis gitu. Tapi, yaa pengalaman deh.

Dideket Tugu ternyata ada penjual Gudeg. Gudeg Bu Waginem kalo gak salah. Perporsi berbeda harga. Punya gue, pakek lauk ati bacem sama minum the anget 12 ribu rupiah. Dan syukur banget, lidah gue masih bisa mentolerir rasa manisnya Gudeg ini bahkan menurut gue ini gudeg rasa manisnya gak terlalu strong dan masih ada cabe utuhnya, jadi penawar yang lumayan ampuh buat gue.

Adalah Epic, ketika menikmati suasana Jogja pukul 12.20 malam bersama Bro-Bro lo semua di deket daerah Tugu KM 0, melihat motor dan mobil yang masih bersliweran di jalan sambil makan makanan khas kotanya.

Puas rasanya.

Jam tangan gue menunjuk 01.15 yang kalo dijam pada umumnya baru pukul 00.55 dan kami pun putuskan untuk pulang.

Thanks banget Jogja. Jogja emang kota yang Epic dengan segala kesederhanaannya :)

Leave a Reply