Lama
sekali tak jumpa kawan. Bener bener sulit cari waktu buat nulis. Gak ada kuliah
yang gak pulang jam 5 sore dan ditambah lagi harus segera latihan senggak dalam
rangka Manggolo Mudho yang ikut lomba Festival Reog Nasional (FRN) di Ponorogo.
Dan Manggolo Mudho tampil pada hari Sabtu malam minggu ini, jam 10 malam.
Ngomongin
tentang Manggolo Mudho, dulu gue pernah janji untuk nulis soal itu kan ya? Mau aku
ceritain nih, yang artinya bakal jadi late-post.
Gapapa ya
5 Oktober 2013.
Hari
yang sungguh istimewa ini pun datang juga. Hari dimana Festival Bumi Reog (FBR)
yang dilaksanakan di Monumen S.O 1 Maret Km.0 Yogyakarta menjadi waktu
pembuktian bagi kami, bahwa kami mampu. Acara yang dimulai pukul 7 malam ini
sudah ramai dari satu jam sebelumnya. Para pengunjung yang antusias berjubel
memadati lahan yang dijadikan tempat mereka duduk untuk menyaksikan pertunjukan
seni khas Ponorogo. Ada beberapa macam tarian yang akan dibawakan dengan
pertunjukan Reog sebagai Finalnya. And
this is we train for.
Kami
para senggak (penyanyi pengiring reog) dan para penari bersiap siap dibelakang
panggung. Dengan penerangan yang seadanya karena adanya kesalahan teknis, tidak
menyurutkan semangat untuk menampilkan yang terbaik dengan membawa nama baik
Ponorogo dipundak. Acara inipun ternyata juga mengundang pihak Dinas Pariwisata
untuk hadir dan menyaksikan persembahan dari Ponorogo untuk menjelang ulang
tahun Jogja. Entah ini memang disengaja atau kebetulan.
Dan acarapun,
dimulai.
Suguhan
pertama sudah pasti adalah sambutan sambutan. Dari ketua panitia dan dari pihak
pihak lain terkait. Setelah usai, masuklah pada acara hiburan dengan
mempersembahkan Tari Merak. Walaupun ada juga kesalahan teknis akibat dari
ketidaksiapan beberapa pihak, namun Tari
Merak mampu dibawakan dengan lancar nan indah.
Setelah
usai Tari Merak ada pertunjukan tembang tembang (lagu lagu) dalam bahasa Jawa. Tembang
Mocopat dan kawan kawannya, dibawakan oleh Kang Mas Tri Aji. Suaranya yang
berat nan menggairahkan mampu membius penonton yang hadir.
Pertunjukan
tari kedua dibawakan oleh 3 penari handal yang juga menuntut ilmu di UNY
jurusan Pend. Seni Tari pula. Sayangnya, gue lupa apa nama tariannya dan yang
unik dari tarian ini adalah mereka menggunakan bulu bulu merak sebagai salah
satu ornament yang mencolok dari tari ini. Tari ini pun tidak kalah menyedot
perhatian penonton.
Ditengah
acara juga dibawakan nyanyi nyanyian tentang semangat ke-Indonesia-an.
Dan tibalah
waktu yang paling dinanti nanti penonton dan seluruh panitia penyelenggara
serta para penari, waktunya Tari Reog menjadi gong penutup pecahnya pertunjukan
di Festival Bumi Reog ini.
Penonton
pun semakin antusias dan ada yang memilih untuk berdiri agar dapat melihat
lebih jelas. Gue dan teman teman senggak pun segera ambil bagian dalam mengiri
tarian. Begitu juga para penarinya.
Dan…
Itu menjadi
23 menit tercepat yang pernah ada. Rasa bangga, puas, dan bahagia bercampur
memenuhi dada. Betapa bangganya bisa menjadi bagian dari sesuatu yang sempurna
dalam membawakan identitas dirimu, identitas kotamu yang paling kamu banggakan
dan ditambah dengan apresiasi yang sesungguhnya apresiasi.
Yang
membuatnya tambah PECAH, adalah temen temen Ponorogo yang juga ikut hadir dan
menyaksikan pertunjukan seni yang dibanggakan oleh seluruh warga Indonesia.
Mempertunjukan REOG di Jogja, satu lagi
Achievement Unlock !!
