Masih ingat dengan tulisan “Tangan Pengganti” yg pernah gue ceritain dulu? Flashback sejenak, Tangan Pengganti dulu menceritakan pengalaman gue dimana gue diutus untuk menghadiri sebuah acara penerimaan penghargaan. Gue pun berpikir bahwa sekolah gue gak akan mendapatkan penghargaan dari acara tersebut NAMUN justru mendapatkan penghargaan paling prestisius yaitu menjadi juara UMUM. Dan karena Kepala Sekolah gue berhalangan datang pada saat acara tersebut, maka dipilihlah gue untuk menjadi orang yang menerima penghargaan atau tropi tersebut. Dan gue tau bahwa tropi itu bukan hasil jerih payah gue dan gue cuman bertindak sebagai tangan pengganti yang hanya MENERIMA saja. Dan itulah yang memotivasi gue untuk berjuang mengikuti lomba dan bukan lagi hanya “tangan pengganti”, namun pelaku pemberi prestasi itu sendiri.
Dimulai dimana saat itu gue diajak oleh temen deket gue, Azizta Laksa untuk ikut berpartisi pasi dalam lomba debat Bahasa Indonesia. Karena saat gue diitawarin untuk ikut lomba itu kondisi gue masih sedang nganggur alias kagak ada kerjaan, maka langsung gue meng-iya-kan tanpa mengetahui seperti apa itu debat Bahasa Indonesia secara mendalam. Dan begitu gue tanyakan ama temen gue tadi, Laksa pun juga kagak tau gimana itu debat Bahasa Indonesia. Setali tiga uang. Yang Laksa ketahui saat itu adalah 1 tim harus terdiri dari 3 orang. Dan dalam tim gue kurang 1 orang lagi, dan maka dari itulah gue mengajak Satria Tegar. Dan dia pun juga langsung meng-iya-kan. Nah,lengkap sudah tim kami dan yang harus dilakukan selanjutnya adalah mengikuti TM (Technical Meeting). Kenapa? Karena satu tim kagak tau gimana teknisnya debat Bahasa Indonesia.
Penyisihan dilaksanakan dengan membuat sebuah artikel yang bertema tentang Peran Serta Pemuda dalam Melestarikan Budaya Lokal. Kami satu tim pun membuat artikel yang didalamnya terkandung ide ide bagaimanakah cara yang seharusnya ditempuh agar budaya Indonesia umumnya dan Budaya Ponorogo khususnya dapat menarik minat warga dan masyarakat. Terciptalah ide dimana budaya Indonesia yang salah satunya adalah batik harus lebih dipublikasikan dengan cara yang lebih terjangkau seluruh kalangan karena biaya dan kemasan untuk dinikmatinya. Dimulai dengan cara memberikan unsur atau pola batik pada segala pernak pernik seperti jepitan rambut dan lain lain. Bisa juga melalui makanan, dimana sekarang sedang boomingnya cup cake dan brownis yang topingnya bisa diganti dengan pola batik dari berbagai daerah. Tujuan utamanya adalah untuk memperkenalkan dan memfamiliarkan batik. Atau bisa juga dihias dengan tokoh perwayangan untuk topingnya tadi. Everything sounds possible J.
Dan segala puji bagi Tuhan, artikel itu membawa kami lolos masuk kedalam babak sesungguhnya yaitu babak 8 besar dimana nanti kami akan ber-debat dalam Bahasa Indonesia. Perjuangan lebih besar,dimulai.
Setelah mendapatkan motion yang akan diperdebatkan pada hari H, kami 1 tim beserta tim lain dari SMA 1 Ponorogo yang beranggotakan Astana, Esti, dan Alby mulai menyicil menyusun argumen apabila kami menjadi pihak Proposisi (pihak yang mendukung) ataupun juga pihak Oposisi (pihak yang menolak). Secara atas kertas, memang tim ke.2 yang beranggotakan sahabat gue Astana dkk ini bisa dibilang lebiih kuat. Astana sendiri adalah debater SMA 1 Ponorogo yang sudah berprestasi. Beliaunya adalah anggota dari English Debat Society yang ada di SMAZA dan pernah menembus tingkat Jawa Timur dan menjadi juara dengan rekan 1 timnya,Winda Senja Wedari yang saat ini masuk dalam tim NSDC. Yaitu ajang perlombaan debat Bahasa Inggris yang sangat bergengsi di Indonesia, dimana pemenang dari event debat ini akan mewakili Indonesia dalam kancah debat Internasional di Turki. Insya Allah suatu hari nanti gue bakal nulis tentang mereka, Orang Orang Hebat yang Gue Kenal. Tunggu saja, sahabat tulis.
Kembali ke laptop!
Memang secara atas kertas dan pengalaman tanding kami kalah cukup jauh, namun beruntungnya Astana ini adalah salah satu sahabat gue di Oraganisasi YESC yang asik banget. Gue yang dikenal ember banget mulutnya dan banyak nanya ini, pasti bener bener penasaran ama yang namanya debat dan sosok Astana ini mau berbagi bagaimana itu debat, cara berdebat, dan berbagai hal yang perlu diketahui tentang debat itu sendiri. Dan itu bener bener membantu buat gue yang notabene bener bener kagak tau kayak gmana itu debat apalagi dalam sebuah kompetisi tapi bener bener pengen buat tau dan belajar lebih jauh. Ada memang dalam tim gue yang bisa debat juga dan lumayan hebat juga loh. Laksa namanya, yups yang ngajakin gue buat ikut ni lomba. Mereka berualah yang jadiujung tombak dan pelatih dalam masa waktu 2 hari sebelum kompetisi dimulai.
Latihan pun diisi dengan bagaimana caranya berdebat dalam sebuah kompetisi yang sudah pasti sangat berbeda saat kita berdebat dalam kehidupan sehari – hari, berebat dengan pacar misalnya. Itu seperti membedakan Manusia dengan Monyet. Ada bedanya tapi juga ada persamaannya, yaa walaupun dikit.
Sebenernya terlalu banyak aib dalam kompetisi ini yang juga baru gue tau setelah Astana ama Laksa jelasin gimana sebenernya debat yang terstandarisasi. Tapi lebih baik gue kagak omongin.
Kami cuman diberi waktu latihan untuk mengerjakan sekitar 8 motion yang nanti dipilih secara acak dalam pertandingan besoknya. Dan 1 motion bisa menyita waktu kurang lebih 3 jam untuk menyelesaikannya. Itu pun juga belum bisa dikatakan “selesai”. Bukan karena berbobotnya bahasan namun sebaliknya #upz. Latihan pun yang seharusnya dimulai dirumah gue pukul 7 malam harus molor dengan lama yang tidak sedikit. Dikarenakan satu-satunya anggota debat cewek, Esti harus datang terlambat. Dan gue udah lupa karena apaan. Latihan pun diisi dengan intensitas yang sedang sedang saja. Karna kalo justru terlalu serius, bahasan yang dibahas malah bakal lupa. Setidaknya kita udah tau garis besarnya, begitu titah si tuan Guru. Dan memang itu bener juga sih. Seperti halnya dengan cara belajar gue yang kalo terlalu serius justru bakal kagak merasuk diotak gue. Maklum otak pentium 3 bang (-,-“). Tapi itu semua tidak menyurutkan niatan gue untuk belajar karena gue punya teman 1 tim yang OK gilak dan gue pribadi sendiri udah mematok target untuk jadi yang terbaik, Juara 1. Karena banyak hal yang harus diselesaikan dalam bahasan topik geje dan kami hanya diberi waktu menyelesaikan dalam waktu 1 hari atau tepatnya 1 malam saja, tentu sangat tidak cukup. Latihan yang baru berakhir jam 12 tengah malam itu hanya mampu menyelesaikan 3 motion saja. Karena istirahat juga penting, maka diambillah keputusan untuk mengakhiri latihan dan diiganti dengan agenda beristirahat.
Gue pun mengantar temen temen gue untuk turun dari lantai 2 tempat kami berlatih, ke depan rumah. Mengucap salam perpisahan dan harapan semoga besok kita berhasil lolos kebabak selanjutnya. Menutup pintu. Dan langsung menggunakan waktu 6 jam untuk mengistirahatkan raga. Tuhan, semoga kerja keras ini terbayar esok.

bakat nulis bos
makasih ya abang :D