Gak
terasa, besok udah waktunya Ujian Akhir Semester di sekolah gue, SMA 1
Ponorogo. Dan gak terasa, umur gue di SMA tinggal kurang dari 5 bulan dan harus
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, di Perguruan Tinggi.
Persiapan?
Jujur masih belum ada persiapan yang terlalu signifikan sih. Entah kenapa, gue
seperti “belum sadar” untuk segera “bangun”. Padahal, sangat sangat banyak
tantangan yang lebih horror dan menyeramkan didepan seperti, UAN dan SNMPTN.
Gak ada
tema khusus dari tulisan gue yang ini. Gue berasa begitu galau dan gak tau
harus bagaimana. Rasanya masih berat banget untuk belajar and buka buku. Padahal
mata pelajaran yang diujikan besok tuh B. Inggris dan Pendidikan Agama Islam,
ya syukur Alhamdulillah gue masih bisa ngejar
materi itu.
Dan di
kelas 3 ini, pelajaran yang menurut gue paling sulit tu bukannya Fisika ato
Matematika, justru KIMIA! Mungkin ini Karena faktor gurunya yang kalo ngajar pakek tehnik diawang/dikawang/dibayangin aja. Iya! Cuman di bayangin. Padahal kimia
kan punya segala apa yang disebut dengan reaksi, penghitungan reaksi, dan
banyak banget. Apalagi BAB Halogen dan kroni kroninya. Huaduh! Ampun deh. Untuk
temen temen yang kelas 3 pasti setuju deh kalo Bab Halogen dan Kroninya di
Kimia kelas 3 ini susah banget. Dan materi sesulit ini sangat amat susah
dikuasai kalo cuman dibayangin aja. Bisa
dibilang, gue cuman menguasai materi 20% aja! Mengenaskan!
Sedangkan
Fisika, menjadi pelajaran yang lumayan asik buat gue. Memang sih ada banyak
rumus tetapi syukur deh dengan guru yang system belajarnya step by step dan bukan yang ngawang
ato lompat lompat, menjadi (sedikit) lebih mengerti.
Jadi
menurut gue, belajar tu bo’ong banget kalo guru
itu gak berpengaruh, yang penting muridnya rajin belajar and nanya. Sekarang
masalahnya, apakah semua siswa itu mampu aktif dan rajin seperti itu? Kalau
memang yang diingin dari pembelajaran disekolah adalah semua muridnya pintar,
bukannya murid yang manut ke guru aja. Harus ada hubungan saling timbal balik
dan integrasi antara guru dan murid. Guru jangan terlalu egois dan siswa juga
yang jangan terlalu malas. Karena pada dasarnya, guru yang mendukung dan
berkompeten mampu menjadikan pelajaran yang tidak disukai menjadi disukai. Dan guru
yang tidak berkompeten mampu menjadikan pelajaran yang disukai menjadi tidak
disukai. Ini fakta lho!
So,
bukan waktunya guru itu menjadi diktator-nya
murid. Guru juga harus mengerti bagaimana “maunya” dan “karakter” si murid. Tetapi,
si murid juga harus “tau diri”, jangan selalu segala apa yang diinginkannya
harus terpenuhi. Karena sesuatu yang kita inginkan belum tentu yang terbaik
bagi kita.
Dan tulisan
ini mengingatkan gue akan film KUNGFU PANDA 1 dimana system belajara siswa itu
ada yang “berbeda”. Dan guru yang hebat, mampu menjadikan hal yang “berbeda”
itu menjadi potensi yang amat sangat besar dan berpengaruh.
Juga
ada kata kata dari film Anime Naruto, “
Guru yang baik itu akan menghasilkan murid yang baik juga”, Jiraiya.
Semoga
para guru tidak menjadi orang yang cuman
bisa ngajar aja ya.. Tetapi, bisa
menjadi Sang Pendidik!
Salam
tulis! LJ
